Manusia Boleh Khilaf, tapi Harus Sadar Diri
UM Surabaya

Setiap manusia niscaya melakukan kesalahan, namun sebaik-baiknya mereka adalah yang segera bertaubat dan tidak mengulangi kesalahannya.

Rasulullah Saw bersabda: “Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” (HR Tirmidzi 2499).

Sikap terbaik seorang muslim yang telah melakukan kesalahan adalah tidak mengulanginya, termasuk tidak terlarut dalam penyesalan.

Jadi yang lalu biarlah berlalu, kira-kira move on, bahasa Jawanya sing wis yowes, yang sudah ya sudah, itu jangan diulangi lagi.

Melakukan kesalahan adalah manusiawi, termasuk ketika seseorang itu melakukan dosa besar. Oleh karena itu, seorang muslim setelah menyadari kesalahannya dan bertaubat, diharapkan untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah.

Karena itu, di dalam Alquran dijelaskan di antara ciri dari orang yang bertakwa itu adalah orang yang apabila dia berbuat zalim kepada diri mereka sendiri atau dia berbuat sesuatu yang keji maka dia segera sadar dengan semuanya itu

Seperti yang termaktub dalam Surat Ali Imran ayat 135 yang artinya:

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka (segera) ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”

Karena itu, dia harus senantiasa menjadi orang yang menyadari kesalahannya. Jadi proses dia diampuni itu harus sadar dulu dia salah. Kalau sekarang ada istilah ‘siap salah’.

Maka dia sadar salah dan mengaku salah karena ada orang yang salah nggak mau mengaku salah.

Karena itu, kalau dia mengaku dirinya sudah bersalah dan kemudian bertaubat maka ada yang harus dilakukan berikutnya, apa? Walam yussirruh, dia tidak mengulangi perbuatannya itu lagi. No return.

Melaksanakan Dua Hijrah

Secara umum, perbuatan dosa dipengaruhi oleh dua hal, yakni faktor internal seperti kualitas keimanan/ketakwaan ataupun faktor eksternal seperti kondisi lingkungan tempat seseorang itu tinggal atau bergaul.

Karenanya, setelah seorang pendosa itu sadar dan bertaubat, maka dia dianjurkan untuk berhijrah. Hijrah dilakukan agar peluang dia terjatuh kembali kepada dosa yang sama menjadi tertutup.

Secara bahasa, hijrah sendiri artinya adalah berpindah dari satu tempat/keadaan ke tempat/keadaan yang berbeda.

Ada dua bentuk hijrah. Yaitu hijrah fisik ataupun hijrah spiritual. Hijrah fisik itu berpindah secara fisik kita berpindah. Bisa pindah domisili atau kalau peristiwanya di kantor pindah tempat kerja supaya tidak kembali ke (dosa) yang lama.

Ada pun hijrah spiritual adalah memperkuat aspek keimanan dan ketakwaan, yakni meninggalkan semua hal yang dilarang oleh Allah Swt.

Untuk membantu meneguhkan komitmen dalam berhijrah, termasuk menginspirasi mereka yang ingin berhijrah, maka adanya sebuah komunitas juga penting.

Katakanlah ada pendosa, dia merasa menyesal dengan semuanya lalu sekarang bertaubat, kemudian senantiasa memberikan nasihat kepada orang tentang pengalamannya supaya yang dia lakukan itu jangan ditiru dan itu saya kira menjadi bagian penting.

Akan tetapi, agar komunitas hijrah ini benar-benar sesuai dengan fungsi di atas dan tidak justru berubah menjadi kelompok yang eksklusif.

Tidak berarti ketika menjadi kelompok yang hijrah itu terus menjadi eksklusif, tidak mau berinteraksi dengan orang lain, menyalah-nyalahkan orang lain, atau merasa baik sendiri. Karena di Alquran disebutkan jangan kamu merasa diri kamu itu bersih.

Mengutip ayat 32 Surat An-Najm yang artinya:

“(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (*)

(Disampaikan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti dalam program Kolak TvMu, 17 April 2024)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini