Kekayaan dan Angan-Angan Kosong
foto: adobestock
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari

Al-Qur’an menarasikan bahwa orang-orang kafir terabaikan oleh angan-angan kosong. Mereka menjadikan dunia sebagai tujuan dengan harapan mendapatkan kesenangan abadi.

Oleh karena serius dan fokus untuk menguasai harta kekayaan, maka orang-orang kafir menginginkan hidup dalam kemapanan dan kalau perlu bermewah-mewah.

Implikasi dari hidup dalam kemapanan dan kemewahan, mereka lalai dan bahkan menolak kehidupan akhirat.

Kelalaian terhadap kehidupan akhirat inilah yang membuat mereka hidup bebas dan menolak nilai-nilai yang datang dari Penguasa langit dan bumi.

Kesibukan Dunia

Al-Qur’an memotret kehidupan orang-orang kafir sangat disibukkan dengan dunia. Mereka fokus mengejar untuk mengumpulkan kekayaan guna menikmati kehidupan dengan mapan dan nyaman.

Kehidupan yang mapan dan nyaman itu tidak tanpa risiko. Al-Qur’an menggambarkan bahwa kehidupan orang-orang kafir dipenuhi dengan berbagai kenikmatan. Mereka hidup dalam berkecukupan.

Oleh karenanya, mereka memiliki pengikut dan anak yang banyak. Hal ini semakin memperkuat kedudukannya, sehingga memberi peluang dan mendorongnya untuk berbuat apa saja.

Mereka pun leluasa melakukan pelanggaran dan leluasa berbuat maksiat. Bahkan perbuatan maksiat mereka telah menjadi perbincangan sosial, dan masyarakat pun membicarakannya.

Kepemilikan harta yang melimpah dengan jumlah pengikut yang banyak, mereka bebas melakukan pelanggaran tanpa ada yang berani menegurnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini