Kenapa Baper Ketika Saya Memuji NU?
Nurbani Yusuf
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Nurbani Yusuf

Kemuhammadiyahan saya tak luntur hanya karena memuji NU, juga tidak bertambah kuat hanya karena merendahkannya.

Gus Baha pernah bertutur bagus: Ber-NU tanpa membenci Muhammadiyah, dan sebaliknya: Ber-Muhammadiyah tanpa harus membenci NU.

***

Saya tidak tahlilan, tidak yasinan, tidak kirim hadiah pahala, tidak baca sayidina saat tahiyat, tidak baca nawaitu saat niat, tidak qunut salat subuh, tarawih 11 rakaat, tidak selametan ketika orang tua meninggal, tidak tawashulan tidak manaqiban tidak ber-zanjen tidak diba’an, dan puluhan tidak-tidak yang lain, tapi saya tak pernah mencela atau mem-bid’ah-kan pada yang mengerjakan.

Jamaah di ranting tidak saya ajari membenci dan tidak saya ajari merendahkan yang tidak sepemahaman.

Sebaliknya, saya ajarkan berkasih-sayang saling memahami meski berbeda pandangan, di atas semuanya adalah ukhwah islamiyah.

Bahwa kita semua bersadara bagai satu tubuh. Jika NU sakit, Muhammadiyah juga ikut sakit. Jika LDII, HTI, Salafi, dan saudara sesama mukmin lainnya bersedih, kami juga ikut bersedih.

Syariat Islam tak bisa ditegakkan sendirian, tapi bersama- sama saling ber-ta’awwun gotong-royong berbaris ber-shaf-shaf rapi saling menggenapi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini