UM Surabaya
Cerita dari Munchen; Jejak Nazi sampai Muhammadiyah Deutscland e.V
Kampus Ludwig Maximilian University (LMU) Munich. foto: dok/pri

Saat saya berjalan-jalan di gedung kedua, tampak pintu-pintu ruang kerja para profesor yang berjejer.

Sedangkan di belakang area kampus terdapat English Garden, taman yang sangat luas. Tempat untuk belajar dan piknik. Air sungainya sangat jernih. Arusnya kencang.

Pada siang hari banyak orang berjemur di pinggir sungai. Banyak juga yang mandi dan berselancar di sungai taman tersebut.

Belajar Bisnis Berbasis Permasalahan Sosial

Saya kemudian masuk ke dalam kelas dengan menggunakan lift. Lokasi tempat saya kursus ada di lantai paling atas.

Di kelas sudah banyak peserta dari negara lain seperti Swedia, Jerman, Portugal, Prancis. Selain itu, para instruktur profesional juga sudah ada di kelas menunggu peserta.

Selama seminggu kami digembleng untuk belajar bisnis dan membuat proyek bisnis.
Saya tergabung dengan kelompok yang beranggotakan empat orang. Masing-masing teman saya dari Jerman, Portugal, dan Brazil. Selama seminggu kita berdiskusi dan membuat sebuah proyek.

Namun yang menarik, dalam belajar bisnis tersebut kita diminta membuat bisnis berbasis sosial. Artinya, project yang dibuat tidak berbasis keuntungan ekonomi semata. Project didasarkan pada permasalahan sosial.

Semisal kemiskinan, climate change, keterbelakangan pendidikan, dan lain-lain. Belajar bisnis dengan basis permasalahan sosial, mengingatkan saya pada apa yang diajarkan KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.

Sekolah pertama kali yang dibangun oleh Ahmad Dahlan bukan untuk bisnis. Akan tetapi untuk gerakan sosial.

Mendidik orang-orang miskin dan terbelakang agar menjadi umat islam yang memiliki pemikiran berkemajuan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini