Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Salmah Orbayinah sampaikan sambutan dalam Silaturahmi Idulfitri 1445 H Keluarga Besar Muhammadiyah pada Ahad (28/4) di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Tokoh perempuan yang akrab disapa Bu Bayin ini mengapresiasi semangat bermuhammadiyah yang dimiliki oleh Warga Muhammadiyah. Pasalnya dia menyaksikan langsung sejak pagi mereka telah berdatangan.
Bahkan secara kasat mata, Gedung Sportorium yang berkapasitas 6.000 jiwa didominasi oleh ibu-ibu ‘Aisyiyah berseragam batik hijau dan berjilbab kuning. Semangat ini harus dijaga oleh Muhammadiyah, lebih-lebih ‘Aisyiyah.
Setelah berakhirnya Puasa Ramadan, Salmah mengatakan, sudah seyogyanya warga Muhammadiyah naik kelas derajat ketakwaannya menjadi muhsinin, yang diaktualisasikan dalam perilaku itqan atau profesional.
Pada kesempatan ini, Salmah juga mengajak warga Muhammadiyah untuk mendalami Surat Ali Imran ayat 103 tentang berpegang teguh terhadap tali Allah dan jangan bercerai berai. Terlebih di kondisi bangsa saat ini hal itu sangat diperlukan.
Dari Yogyakarta saya mengajak kepada seluruh warga ‘Aisyiyah di seluruh Indonesia, mari kita tetap bersatu pada menjaga persatuan dan kesatuan dengan tetap berpegang teguh pada Tali Agama Allah,” katanya.
Aktualisasi persatuan pada Tali Allah dapat ditemukan pada Ali Imran ayat 159, yaitu bersikap lemah lembut, memaafkan kesalahan orang lain terhadap kita, memohonkan maaf kepada Allah atas kesalahan orang lain, dan bermusyawarah dalam mengambil keputusan.
Dalam konteks musyawarah, ‘Aisyiyah senantiasa mendukung segala keputusan yang diambil oleh Muhammadiyah. Bu Bayyin juga berpesan untuk selalu mengedepankan musyawarah dalam setiap mengambil keputusan di ‘Aisyiyah.
Jika kebijakan atau keputusan sudah diambil melalui jalan musyawarah, Bu Bayyin mengajak kepada semua untuk bertawakal kepada Allah. Sebab itu adalah ikhtiar mencari kebaikan di atas semua pilihan.
Mencakup implementasi dari semua itu, imbuhnya, ada pada Surat Al Fushilat ayat 34, yaitu menolak kejahatan dengan perilaku yang lebih baik. Sehingga jika ada permusuhan, menjadi teman yang setia.
Sementara itu, dalam dunia pergerakan perempuan Indonesia, ‘Aisyiyah mengisinya tidak hanya dalam konteks emansipasi, tapi juga mengisinya dengan perjuangan membangun bangsa dan negara menuju Indonesia Emas 2045. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News