Butuh Kacamata Iman dalam Memandang Perbedaan

Perbedaan di dalam tubuh umat Islam sangat mungkin menyebabkan perpecahan, apalagi perbedaan yang melintas batas.

Maka diharapkan dalam konteks perbedaan ini, harus diletakkan sesuai dengan proporsinya.

Gaduhnya media sosial akibat perbedaan penetapan Idul Fitri belakangan ini, lantaran tidak proporsionalnya bangsa dan umat meletakkan perbedaan.

Umat Islam sudah terbiasa dengan perbedaan. Untuk itu, atas segala praktik ibadah dan dalam urusan apa pun supaya dilarikan ke sumber utama, yaitu iman.

Jauh dari sumber utama inilah yang menyebabakan adanya kejadiam belakangan ini.

Bukan karena perbedaannya, tetapi sikap menghadapi perbedaan itu tidak punya landasan kokoh pada iman.

Oleh karena itu, dalam situasi dan kondisi yang majemuk, umat Islam untuk memperkaya khazanah keimanan.

Sebab iman memiliki dimensi yang mendalam dan luas. Dengan demikian, ibadah yang dijalankan bukan hanya sebagai rutinitas, melainkan juga diperlukan penghayatan.

Beribadah yang dibarengi dengan penghayatan atas nilai-nilai keimanan akan melahirkan ibadah yang transformatif.

Penghayatan inilah yang membedakan hasil antara satu muslim dengan muslim yang lain dari ibadah puasa selama Bulan Ramadan dan ibadah-ibadah yang lain.

Tapi persoalannya, puasa itu meningkatkan kualitas keimanan, spiritual, dan amaliah kita ini bergantung pada kita. Itu yang disebut sebagai transformasi ibadah.

Pengendalian Emosi Ilmuwan

Sebagai manusia normal, emosi merupakan sebuah keniscayaan. Manusia tanpa emosi bagaikan sebuah patung.

Maka dari itu diperlukan yang diperlukan oleh manusia adalah cara bagaimana untuk mengendalikan emosi.

Pengendalian emosi sering kali tidak terkait ilmu. Maka tidak jarang kita menemukan ilmuwan yang tidak dapat menahan emosinya.

Sampai-sampai ilmuwan tersebut mengeluarkan ancaman, kata-kata dan berbagai hal sebagai pelampiasan atas emosi yang dia miliki.

Ini yang biasa saya sebut ilmunya tidak menyinari kalbunya. Tidak menyinari atau mencerahkan akal budinya.

Menahan marah ini juga sebagai salah satu ciri takwa yang disebutkan dalam Alquran.

Merujuk kata-kata mutiara Jalaludin Rumi, bahwa marah merupakan ibu dari segala berhala, betapa banyak orang sukses dan berprestasi dalam hidup, tapi gagal dalam menahan marah.

Maka, jangan bereaksi di kala marah, endapkan dulu. Tetap berilmu, tetap beradab, mencerahkan agar tidak melawan ketidakberadaban dengan perilaku yang sama.

Reaksi boleh, karena kalau tanpa reaksi kita diperlakukan sewenang-wenang. Tetapi tetap terukur.

Ciri takwa yang selanjutnya adalah memberikan maaf, yang berelasi dengan meminta maaf. Ini aksi dan reaksi.

Akan tetapi karena ego yang selalu merasa benar, menjadikan manusia susah untuk meminta maaf. Contohnya cara meminta maaf seorang ilmuwan yang baru terjadi belakangan atas kegaduhan yang diciptakan.

Belajar dari kasus itu, permintaan maaf yang tulus disampaikan bukan dengan kata-kata pembelaan atau pengakuan kesalahan.

Karena egonya selalu merasa benar, alih-alih mengakui kesalahannya, orang itu malah ngeles, merasa tidak bersalah. Dalam ilmu logika, perilaku tersebut merupakan logical post factum.

Logical post factum itu mencari pembenaran atas langkah yang salah. Bahkan dalam teori filsafat disebut dengan falsifikasi.

Falsifikasi itu mencoba mencari berbagai rangkaian narasi untuk membenarkan kesalahan-kesalahan.

Di sisi lain, sebagai muslim yang bertakwa juga harus mudah memberikan maaf. Namun, jika kesalahan itu disengaja dan dilakukan berulang-ulang maka maaf tetap diberikan, karena itu urusan rohani.

Tetapi kalau keadaan menghendaki ada proses untuk tindakan hukum dan lain sebagainya, itu tetap baik.

Kalau ada orang bikin onar di tatanan masyarakat yang tertib, ada wilayah sosial dan moral, ada wilayah hukum dan tertib sosial.

Wilayah sosial dan moral bisa saling memaafkan, wilayah tertib sosial dan hukum itu ada wilayahnya sendiri. Semuanya punya proporsinya.(*)

(Disarikan dari ceramah Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir di acara Syawalan Keluarga Besar UAD, 29 April 2023)

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini