*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Menjadi manusia yang bisa membedakan mana yang baik dan buruk bukan hanya luar biasa tetapi istimewa.
Dengan kemampuan membedakan yang baik dan buruk, akan membuatnya tercegah dari berbuat buruk dan senantiasa terjadi dan istikamah untuk berbuat baik.
Al-Qur’an bahkan memberikan menjustifikasi bahwa manusia yang demikian akan terhapus kesalahannya dan terampuni segala dosanya.
Itulah indikator kemuliaan. Tetapi kebanyakan manusia menukar dengan kehinaan karena condong kepada kenikmatan duniawi yang kenikmatannya sesaat.
Ketakwaan
Dalam hati kecil manusia pasti ada keinginan untuk berbuat baik, dan senantiasa dirinya berada di dalam kebaikan.
Al-Qur’an pun menegaskan bahwa dalam diri manusia memiliki kecondongan untuk menerima kebaikan dan menolak kemungkaran. Allah memberi potensi berupa hati yang bisa membedakan yang benar dan salah.
Allah pun memanggil jiwa orang-orang yang beriman untuk senantiasa teguh di jalur ketakwaan, serta menjanjikan konsekuensinya.
Konsekuensi itu berupa kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Bahkan Allah akan menghapus kesalahan serta mengampuni dosa-dosanya. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَتَّقُوا اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّـكُمْ فُرْقَا نًا وَّيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ۗ وَ اللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Allah memiliki karunia yang besar.” (QS. Al-Anfal : 29)