Mr Kalend Osen, perintis Kampung Inggris Pare Kediri mengungkapkan keprihatinannya dengan lunturnya nilai-nilai moralitas dan agama akibat masyarakat lebih mengedepankan uang daripada moral.
“Cafe-cafe besar tumbuh marak dengan pergaulan anak-anak secara bebas. Tidak mungkin saya bisa mengatasi sendiri,” ungkap penasehat Forum Kampung Inggris di sela sela menerima anugerah “The LifeTime Achievement Award” dari Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Provinsi Jatim, Ahad (5/5/2024).
Pria asli Kalimantan Timur itu secara lugas menggambarkannya dengan mengubah ungkapan Arab, “al haqqu bila nidhamin yaghlibul bathilu bin nidham” menjadi “al haqqu bila imanin yaghlibul bathilu bil fulus. “Artinya kebenaran tanpa iman akan kalah dengan kebatilan disertai fulus.
“Hati-hati seorang dai pun bisa tergoda dengam fulus,” pesannya penuh makna.
Penyerahan penghargaan itu dilakukan oleh Ketua DDII Jatim KH Dr Fathur Rohman di sela acara Haflah Eid 1445 H di masjid Al Itqan Jl Yos Sudarso Pare, Ahad (5/5/2024). Sekitar 800 orang hadir dari seluruh Jatim dengan tema kajian “Konsolidasi Umat dan Dakwah Demi Memperkokoh NKRI.”
Mr Kalend yang kini berusia 79 tahun itu mengaku masih ikut terjun langsung mengajar di lembaga yang didirikannya BEC (Basic English Course).
“Alhamdulillah saya masih kuat mengajar sampai hari ini. Bahkan tetap ikut mengantar ank-anak ke tempat-tempat wisata yang banyak dikunjungi bule, seperti Candi Borobudur,” katanya dengan suara yang masih cukup lantang.
Penghargaan itu tentu sangat fenomenal karena dari santri Ustad Ahmad Yazid itulah Pare kini dikenal di seluruh dunia sebagai destinasi belajar Bahasa Inggris dengan metode praktis di tengah alam pedesaan. Sekarang tak kurang dari 150 lembaga kursus dan ratusan unit bisnis ikutannya, sep kos, laundry, persewaan sepeda, kuliner dan sebagainya. Bahkan belakangan juga menjamur lembaga kursus Bahasa Arab, Mandarin, dan Jepang.