Sahabat Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma berkata: “Kebaikan adalah sesuatu yang enteng/ringan yaitu wajah yang ceria dan ucapan yang lembut”. Kata “al-Birr” apabila dikaitkan dengan “takwa” sebagaimana dalam ayat :
( ) maka terkadang maksud dari “al-Birr” adalah bermuamalat dengan makhluk secara baik dan “at-Taqwa” adalah bermuamalat dengan Allah yaitu dengan melakukan ketaatan kepadaNya dan menjauhi hal-hal yang diharamkan oleh-Nya, terkadang pula arti dari “al-Birr” tersebut adalah melakukan kewajiban-kewajiban dan arti “at-Taqwa” adalah menjauhi hal-hal yang diharamkan.
Sedangkan arti dosa, sebagaimana dalam ayat :
( ) terkadang yang dimaksud dengan “al-Itsm” adalah perbuatan-perbuatan maksiat dan “al-‘udwan” adalah menzalimi makhluk, dan terkadang yang dimaksud dengan “al-Itsm” adalah sesuatu yang esensinya memang diharamkan seperti zina, mencuri dan minum khamar (bir), dan yang dimaksud dengan “al-‘Udwan” adalah melampaui batas sesuatu yang memang diizinkan (secara syar’i) sebelumnya sehingga menjadi dilarang seperti mengambil zakat yang dikeluarkan oleh para wajib zakat melebihi ukuran yang diwajibkan kepada mereka, melampaui cambukan yang diperintahkan oleh syara’ dalam masalah hudud, dll.
Kedua, Yang dimaksud dengan “al-Birr” adalah mengerjakan semua ketaatan baik yang zhahir maupun yang batin sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 177. Berkaitan dengan ayat 177 surat al-Baqarah; maka makna “al-Birr” mencakup seluruh ketaatan yang bathin seperti beriman kepada Allah, MalaekatNya, Kitab-Kitab dan Para Rasul-Nya, begitu juga ketaatan yang zhahir seperti menginfakkan harta ke jalan yang diridhai oleh Allah, mendirikan salat, membayar zakat, menepati janji, sabar terhadap taqdir seperti kemiskinan dan penyakit, dan seterusnya.
Dalam pada itu, bisa jadi arti “husnul khuluq” adalah berakhlak dengan akhlak syari’at secara keseluruhan dan bertata krama dengan tata krama yang telah diajarkan oleh Allah kepada hambaNya, sebagaimana tersurat dalam firmanNya:
( ). [Q.S. Al-Qalam : 2]. Aisyah radhiallahu ‘anha berkata : “akhlak Rasul Shallallahu ‘alaihi Wasallam Al-Quran”. Maksudnya menurut Syaikh Ibnu Rajab, bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi Wasallam beradab dengan adab-Nya karenanya beliau menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya maka dengan demikian mengamalkan Al-Qur’an sudah menjadi akhlak beliau seperti halnya sifat alami yang begitu melekat dan tidak terpisahkan lagi dan inilah akhlak yang paling baik, paling mulia dan paling indah. Karena itu pula dikatakan bahwa agama seluruh ajarannya adalah akhlak.
Tidak jauh dari penafsiran “al-Birr” , sebagaimana dalam riwayat yang lain, disebutkan bahwa “al-Birr” adalah apa yang membuat hati dan jiwa tenteram kepadanya”, atau “apa yang membuat dada lapang” maka kata “al-Halal” juga ditafsirkan demikian.