Kelaparan di Tengah Kekayaan Alam
UM Surabaya

Alquran menarasikan situasi masyarakat yang sangat kontras. Di satu sisi, tanahnya subur dan kekayaan alamnya melimpah, tetapi masyarakatnya dilanda kesengsaraan, kelaparan dan ketakutan.

Allah menunjukkan bahwa penyebabnya karena masyarakatnya mengingkari ajakan rasul untuk menyembah hanya kepada Allah atas limpahan kekayaan itu.

 

Negeri Alam Mimpi

Masyarakat mana pun pasti mengimpikan adanya kenyamanan dan kesejahteraan dengan limpahan kenikmatan yang tak pernah habis. Namun Allah membuyarkan impian itu disebabkan adanya pendustaan atas ajakan seorang rasul yang datang kepada mereka.

Rasul itu mengingatkan kepada mereka nikmat yang mereka dapatkan, kekayaan alam yang melimpah dengan tanah yang subur sehingga kebutuhan hidup masyarakatnya tercukupi.

Banyak buah-buahan, tanaman dan berbagai fasilitas hidup bisa mereka bangun dalam rangka memanjakan diri mereka. Di tengah gemerlap hidup dan limpahan kekayaan alam itu, masyarakat umumnya melakukan penyimpangan hidup.

Orang kaya dan hidup mewah menindas orang miskin, tindakan perjudian, pencurian timbangan, perzinaan, dan berbagai kemungkaran tersebar.

Di tengah situasi ini muncul seorang rasul untuk mengingatkan pentingnya mengingat kebesaran Allah dan adanya hari pertanggungjawaban di akhirat.

Kedatangan rasul bukan disambut gembira tetapi justru dicemooh serta mencercah ajarannya. Situasi ini terus berkembang hingga mendustakan seluruh yang disampaikan rasul.

Maka Allah pun memberikan pelajaran berupa kelaparan, ketakutan dan membuat hidup semakin sudah dan menyesakkan dada.

Allah menggambarkan hal itu sebagaimana firman-Nya :

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَا نَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَا نٍ فَكَفَرَتْ بِاَ نْعُمِ اللّٰهِ فَاَ ذَا قَهَا اللّٰهُ لِبَا سَ الْجُـوْعِ وَا لْخَـوْفِ بِمَا كَا نُوْا يَصْنَعُوْنَ

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nahl : 112)

 

Pendusta Ajaran

Alquran secara sederhana menunjukkan bahwa bencana kelaparan dan ketakutan itu disebabkan adanya penolakan atas berita yang disampaikan oleh rasul.

Hal ini dinarasikan Al-Qur’an secara baik sebagaimana ayat-Nya :

وَلَـقَدْ جَآءَهُمْ رَسُوْلٌ مِّنْهُمْ فَكَذَّبُوْهُ فَاَ خَذَهُمُ الْعَذَا بُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ

“Dan sungguh, telah datang kepada mereka seorang rasul dari (kalangan) mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya, karena itu mereka ditimpa azab dan mereka adalah orang yang zalim.” (QS. An-Nahl : 113)

Allah menunjukkan bahwa hancurnya suatu negeri disebabkan oleh pendustaan yang dilakukan oleh orang-orang yang hidup dalam kemewahan dan kemapanan.

Kerusakan moral di tingkat elite mempercepat munculnya kesengsaraan dan ketakutan. Mereka diperintahkan berbuat adil dengan harta dan kekuasaannya, namun mereka justru pelopor penindasan, ketidakadilan dan kerusakan moral.

Mereka menjadi otak kejahatan seperti korupsi, perjudian, pelacuran, dan berbagai tindakan penyimpangan lainnya.

Mereka diminta untuk sadar dan kembali ke jalan yang benar. Alih-alih sadar, mereka justru menjadi pelopor untuk menolak dan menghilangkan eksistensi ajaran rasul.

Hal ini dijelaskan Alquran sebagaimana firman-Nya :

وَاِ ذَاۤ اَرَدْنَاۤ اَنْ نُّهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنٰهَا تَدْمِيْرًا

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu).” (QS. Al-Isra’ : 16)

Dengan adanya kesombongan yang dilakukan oleh mereka yang hidup mewah, sementara ayat-ayat Allah dibacakan kepada mereka, maka sah bagi Allah untuk membiarkan adanya kelaparan dan ketakutan melanda masyarakat.

Inilah tahap kehancuran masyarakat karena pendustaan atas ajaran yang disampaikan rasul kepadanya. (*)

*) Dr. Slamet Muliono Redjosari, Wakil Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Jawa Timur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini