Ular Nabi Musa menyadarkan dirinya bahwa sihir yang selama ini mereka banggakan merupakan perbuatan menyimpang.

Oleh karenanya, mereka langsung balik badan dengan mengakui Fir’aun sebagai raja yang tidak layak dipatuhi atau disembah.

Mereka tanpa takut resiko besar yang mereka hadapi ketika Fir’aun marah. Penyiksaan dan berakhir kematian sudah mereka ketahui.

Sejarah pun membuktikan bahwa ancaman pembunuhan dengan disalib tidak membuat keimanan mereka berubah.

Ketika mendapat ancaman justru keimananannya semakin kokoh. Mereka yakin akan mendapat tempat dan derajat yang tinggi di sisi-Nya. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

وَمَنْ يَّأْتِهٖ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصّٰلِحٰتِ فَاُ ولٰٓئِكَ لَهُمُ الدَّرَجٰتُ الْعُلٰى

“Tetapi barang siapa datang kepada-Nya dalam keadaan beriman, dan telah mengerjakan kebajikan, maka mereka itulah yang orang yang memperoleh derajat yang tinggi (mulia),” (QS. Ta-Ha : 75)

Ancaman dan tekanan Fir’aun justru menambah keimanannya. Mereka yakin bahwa dosa-dosanya akan diampuni, dan mereka sadar bahwa siksaan akherat sangat pedih dan kekal. Keyakinan ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:

اِنَّاۤ اٰمَنَّا بِرَبِّنَا لِيَـغْفِرَ لَـنَا خَطٰيٰنَا وَمَاۤ اَكْرَهْتَـنَا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِ ۗ وَا للّٰهُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى

“Kami benar-benar telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah engkau paksakan kepada kami. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya).” (QS. Ta-Ha : 73)

Keimanan tukang sihir yang kokoh inilah yang bisa menjadi pelajaran penting bagi kita. Namun saat ini zaman telah berubah di mana jabatan dan fasilitas yang diiming-imingkan kepadanya justru menggoyahkan keimanannya.

Mereka pun takut mati ketika mempertahankan keyakinannya yang benar. Pada akhirnya, keyakinannya goyah dan membela kezaliman asalkan jabatan dan fasilitas kemewahan tetap dinikmatinya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini