Kesadaran Kolektif

Manusia seperti tukang sihir era Fir’aun ini menyadari bahwa kesalahan profesinya akan mendatangkan kemurkaan Allah.

Siksaan yang amat besar ketika di akhirat, melahirkan kesadaran kolektif untuk profesi tukang sihir dan mempercayai kebesaran Allah.

Manusia seperti ini memiliki ketakutan terhadap siksa neraka Jahannam bilamana meninggal dalam keadaan penuh dosa. Hal ini berdasarkan penjelasan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

اِنَّهٗ مَنْ يَّأْتِ رَبَّهٗ مُجْرِمًا فَاِ نَّ لَهٗ جَهَـنَّمَ ۚ لَا يَمُوْتُ فِيْهَا وَ لَا يَحْيٰى

“Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sungguh, baginya adalah neraka Jahanam. Dia tidak mati (terus merasakan azab) di dalamnya dan tidak (pula) hidup (tidak dapat bertobat).” (QS. Ta-Ha : 74)

Hal ini berbeda dengan kondisi sebagian kaum muslimin di mana mereka mengaku beragama Islam, tetapi keimanannya lemah sehingga tak mampu menghentikan perbuatan maksiatnya.

Terlebih lagi, betapa banyak elite muslim yang ada di partai Islam, tidak memegang amanah. Mereka menggadaikan keimanannya dengan melegalkan kecurangan. Mereka mereka menjual dirinya dengan menutupi kebohongan.

Mereka memiliki peluang besar untuk mendidik dan mengarahkan masyarakatnya di jalan kebenaran. Keislaman mereka tidak menggerakkan hatinya untuk menegakkan etika-moral.

Keimanan mereka telah tergadaikan. Hal ini tentu jauh kualitasnya dari keimanan tukang sihir Fir’aun. Elite politik saat ini rela menikmati fasilitas dan jabatan meskipun mereka direndahkan oleh masyarakat.

Keislaman mereka justru menjadi alat untuk mengelabui rakyatnya. Kosongnya keimanan telah menutup jalan dari kontribusi positif bagi kaum muslimin.

Elite politik ini rela berbuat culas dan curang demi kepentingan dunia. Nilai-nilai etika-moral mereka injak-injak demi mendapatkan kekuasaan.

Tukang sihir Fir’aun layak menjadi rujukan. Mereka mengakui Tuhan Nabi Musa sebagai Zat yang menghidupkan dan mematikan siapa pun.

Mereka tidak memedulikan penderitaan dan siksaan di dunia, dan mereka yakin bahwa surga yang indah terlihat di hadapannya.

Sehingga keimanannya menggerakkan dirinya berbuat mulia, dengan meninggalkan sihir dan menyungkur sujud kepada Allah. Mereka yakin mendapatkan posisi yang agung di sisi-Nya. (*)

Surabaya, 10 Mei 2024

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini