Penyair itu Adalah Pemusik
UM Surabaya

*)Oleh : ๐Œ๐ฎ๐ก๐š๐ฆ๐ฆ๐š๐ ๐’๐š๐ฒ๐ฒ๐ข๐ ๐‘๐š๐›๐ข๐ญ๐ก

Belakangan ini kita dihebohkan dengan munculnya video lama ustadz Adi Hidayat yang mengatakan bahwa di dalam Al Qur’an terdapat Surat Musik, yaitu Surat Asy Syu’ara yang beliau artikan dengan para pemusik dan para penyair. Dari ucapan beliau inilah memancing perdebatan antara yang pro dengan yang kontra. sehingga beberapa hari ini, kita dapati sosial media penuh dengan perdebatan sengit mengenai hal tersebut.

Berbagai ucapan yang sangat tidak baik, mereka sematkan kepada seorang ustadz yang jasa-nya amat besar untuk umat IsIam. Karena itu insyaAllah pada tulisan kali ini saya akan melampirkan hasil penelitian saya terhadap tema yang sedang hangat diperbincangkan, dengan harapan bisa meredamkan pergesekan yang terjadi di antara sebagian umat muslim Indonesia.

Berikut point-point yang akan saya diskusikan, sekiranya ada 6 pembahasan :

  1. ๐—ฆ๐˜†๐—ฎ๐—ถ๐—ธ๐—ต ๐— ๐˜‚๐—ต๐—ฎ๐—บ๐—บ๐—ฎ๐—ฑ ๐—œ๐—ฏ๐—ป ๐—ฆ๐—ต๐—ผ๐—น๐—ฒ๐—ต ๐—”๐—น ๐—จ๐˜๐˜€๐—ฎ๐˜†๐—บ๐—ถ๐—ป (๐˜‚๐—น๐—ฎ๐—บ๐—ฎ ๐—ฏ๐—ฒ๐˜€๐—ฎ๐—ฟ ๐˜€๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—ณ๐—ถ) ๐—น๐—ฒ๐—ฏ๐—ถ๐—ต ๐—ฑ๐—ฎ๐—ต๐˜‚๐—น๐˜‚ ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐˜†๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—ป s๐˜†๐—ฎ’๐—ถ๐—ฟ ๐—ฑ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป m๐˜‚๐˜€๐—ถ๐—ธ ๐˜€๐—ฒ๐—ฏ๐—ฒ๐—น๐˜‚๐—บ ๐—จ๐—”๐—›

๐’๐ฒ๐š๐ข๐ค๐ก ๐”๐ญ๐ฌ๐š๐ฒ๐ฆ๐ข๐ง ketika menafsirkan ayat terakhir dari surat Asy Syu’ara, beliau mengatakan bahwa penyair itu dikit mengingat Allah dengan membawa dalil perkataan Al Imam Ibnul Qoyyim yang berbicara tentang seseorang yang menggabungkan cintanya terhadap Al Qur’an dan musik. Artinya Shaikh Utsaymin disini menyamakan syair dengan musik, karena ayat dan topik yang beliau bicarakan adalah syair, tapi dalil nya berbicara tentang Musik. berikut perkataan Ibnul Qoyyim yang beliau nukilkan :

โ€ุญูุจูู‘ ุงู„ูƒูุชูŽุงุจู ูˆุญูุจูู‘ ุฃูŽู„ุญูŽุงู†ู ุงู„ู’ุบูู†ูŽุง … ููŠ ู‚ูŽู„ู’ุจู ุนูŽุจู’ุฏู ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูŠูŽุฌู’ุชูŽู…ูุนูŽุงู†ูโ€œ

โ€œ๐šŒ๐š’๐š—๐š๐šŠ ๐š๐šŽ๐š›๐š‘๐šŠ๐š๐šŠ๐š™ ๐™ฐ๐š• ๐š€๐šž๐š›’๐šŠ๐š— ๐š๐šŠ๐š— ๐™ผ๐šž๐šœ๐š’๐š”ย  (๐šœ๐šŽ๐šŒ๐šŠ๐š›๐šŠ ๐š‹๐šŽ๐š›๐šœ๐šŠ๐š–๐šŠ๐šŠ๐š—) ๐š๐šŠ๐š•๐šŠ๐š– ๐š‘๐šŠ๐š๐š’ ๐šœ๐šŽ๐š˜๐š›๐šŠ๐š—๐š ๐š‘๐šŠ๐š–๐š‹๐šŠ, ๐š๐š’๐š๐šŠ๐š” ๐šŠ๐š”๐šŠ๐š— ๐š‹๐šŽ๐š›๐šœ๐šŠ๐š๐šž(๐š–๐šž๐šœ๐š๐šŠ๐š‘๐š’๐š•)โ€

*sแดœแดส™แด‡ส€ : แด„แด‡แด‹ แด…แด€ส€s แด›แด€า“sษชส€ ษดสแด€ แด…ษช สแด›, sสœแด€แดแด‡สŸแด€, แด…สŸสŸ

Saya sama sekali tidak menyalahkan Shaikh Utsaymin, tapi saya mohon kepada saudara Salafi -sebagai kelompok yang paling kontra- untuk bersikap adil, bahwa ulama besar salafi pun juga menyamakan syair dengan musik, bukan hanya UAH saja. Meskipun Shaikh Utsaymin tidak menyebut Surat Musik, tapi tetap saja beliau melakukan apa yang UAH lakukan, yaitu menyamakan syair dengan musik atau nyanyian.

Itu artinya Shaikh Utsaymin mengakui, bahwa syair zaman dahulu itu dibacanya dengan cara dinyanyikan. Bukanlah sebuah lagu atau nyanyian kecuali dia berasal dari syair, antara keduanya memiliki hubungan yang kuat. Dan tidak bisa mengelak dengan mengatakan apa yang disebut Syaikh Utsaymin adalah Ghina’ (nyanyian), bukan musik dengan definisi โ€œAlatโ€ nya. Karena musik dan pemusik yang ๐”๐€๐‡ sebut pun maksudnya adalah nyanyian dan penyanyi. Secara bahasa ini juga tidak melanggar definisi.

Untuk membahas perkataan seseorang pun dikembalikan nya kepada pemilik perkataan tersebut, bukan malah dengan definisi dari orang lain.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini