Hampir Terdampar di Bosnia
Pilihan kepulangan dari Belanda ke Hongaria melalui Bosnia, adalah pertimbangan harga yang lebih murah.
Dengan harga yang lebih murah ke Bosnia, saya bisa menggunakan bus sambil mampir ke negara Serbia, kemudian ke kota saya yang membutuhkan waktu sekitar dua jam menurut maps.
Namun, tidak disangka saya akan menemukan kesulitan. Saat di pesawat, saya duduk bersama seorang Ibu dari Belanda. Namanya Sanela. Setelah berkenalan, kami ngobrol banyak hal. Dia bersemangat bercerita, karena pasangannya asli keturunan Indonesia yang lahir di Belanda. Sedangkan ibu Sanela asli Bosnia yang sudah hijrah ke Belanda.
Ia pergi ke Bosnia dalam rangka menemui keluarganya. Setelah berkenalan, ia bertanya ke mana tujuan saya.
Saya bilang ingin jalan-jalan sebentar ke Bosnia. Namun saya tidak tahu transportasi apa yang harus saya gunakan dari airport ke kota. Ia akhirnya membantu saya bertanya pada pramugari terkait transportasi kota.
Namun, informasinya tidak ada transportasi di akhir pekan. Dan juga, umumnya tidak menerima pembayaran dengan kartu, tetapi harus cash.
Masalah sudah tampak, saya tidak akan menemukan transportasi dan tidak pegang uang. Jarak dari airport juga jauh.
Saat landing, Sanela membantu saya. Setelah melewati pengecekan, ia mencarikan saya mesin ATM.
Dia menunggu saya di luar, dan mengajak saya ke mesin ATM. Ia bilang, “Boy kamu harus pegang uang cash. Di sini juga tidak ada transportasi.” Ia menunjukkan saya taksi.
Tetapi ia menghampiri taksi duluan, dan kembali menemui saya. Ia bilang “Boy saat ini bis tidak ada. Dan harga taksi sangat mahal. Ayo kamu saya antar saja. Kamu ikut mobil saya.”
Akhirnya, dia mempersilakan saya masuk dalam mobil jemputannya
Ia tidak memperlakukan saya seperti orang asing yang mencurigakan. Tetapi ngobrol dan menolong saya seperti teman.
Padahal diskusi saya dengannya dimulai dari pesawat yang tidak disengaja, karena dia duduk di sebelah saya. Bahkan, di mobil ia menawarkan saya untuk makan siang bersama di restoran.
Ia juga menyarankan banyak hal, termasuk mencarikan lokasi tempat tujuan saya melalui smartphone-nya. Internet saya tidak berfungsi saat berada di Bosnia.
Hal ini terjadi karena Bosnia bukan angora Uni Eropa. Sedangkan internet saya hanya berlaku di wilayah Uni Eropa.
Sepanjang perjalanan pula saya melihat aura Bosnia sebagai negara muslim. Saya melihat banyak bangunan masjid yang bisa terlihat juga dari mobil dan bis.
Pada kurun 1992-1995, negara ini diinvasi oleh Serbia, bahkan puluhan ribu muslim meninggal. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News