*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Semua Mukmin dengan keimanannya pastilah memiliki impian untuk bisa melaksanakan haji ke baitullah. Berbagai cara ditempuh untuk bisa berangkat haji semisal menabung.
Sayangnya, sebagian dari mereka lupa atau tidak tahu bahwa esensi dari ibadah haji yang sesungguhnya adalah mentauhidkan Allah Ta’ala.
Tidaklah ada satu rangkaian dalam pelaksanaan ibadah haji, kecuali di dalamnya mengandung unsur tauhid.
Tawaf yang dilakukan, sa’i yang dikerjakan, semuanya merupakan bentuk perwujudan tauhid kepada Allah Ta’ala.
Bahkan, kalimat talbiyah, kalimat pertama yang diucapkan oleh seorang muslim yang berhaji adalah salah satu kalimat tauhid yang paling utama.
Kalimat tauhid yang Nabi ajarkan kepada umatnya untuk senantiasa dilantunkan setelah berihram sampai dengan pelaksanaan lempar jamrah di tanggal sepuluh Zulhijah.
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu mengisahkan:
“Kemudian beliau shallallahu alaihi wasallam ber-talbiyah dengan kalimat tauhid, ‘Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulka la syarika laka.’ (Ya Allah, aku memenuhi seruan-Mu, aku memenuhi seruan-Mu, aku memenuhi seruanMu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku memenuhi seruan-Mu.
Sesungguhnya segala puji, kenikmatan, dan seluruh kerajaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu). Dan orang-orang ber-talbiyah dengan talbiyah yang mereka ucapan ini. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak menolak sedikit pun dari hal tersebut. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terus mengucapkan talbiyah-nya.” (HR. Muslim 1218)
Dengan kalimat tersebut, seorang muslim yang sedang berhaji melantunkan dan mengeraskannya hingga ia melihat langsung Ka’bah. Dengan kalimat tersebut, ia tawaf mengelilinginya.
Dengan kalimat tersebut pula, ia akan sa’i dan menyempurnakan ibadah hajinya hingga datang tanggal kesepuluh dan ia melaksanakan lempar jumrah.
Sebuah kalimat yang mengandung makna tauhid dan pengesaan Allah Ta’ala dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan.