UM Surabaya

***

Dikarenakan para ulama Muhammadiyah sangat tawadhu, sangat baik, sangat zuhud dan wara menjaga lisan dari yang mubazir.

Dan sebab itu, banyak yang diam, emoh berdebat, wegah diskusi dan tidak mau memfatwakan fatwanya di depan publik karena takut bikin gaduh, takut fitnah, khawatir umat resah.

Maka banyak fatwa-fatwa yang menyimpang dari persyarikatan bertebaran di jamaah akar rumput,

Kekosongan itu diisi faham-faham Salafi dan lainnya yang sangat mudah diakses, cepat, efisien dan tidak banyak ribet karena birokrasi fatwa yang berbelit lama dan tidak menjawab kebutuhan jamaah akar rumput.

Salafisme masuk ke mobil-mobil lewat siaran radionya: murah tapi efektif. Didengar penumpang dan sopir truk, bus, travel, kapal laut.

Jamaah ngopi di terminal, pasar, kedai, warung kopi dan tempat-tempat nongkrong lainnya. Para artis mendengar sambil syuting.

Ustaz Salafi dalam berfatwa tekstualis dan doktriner, menyatakan hanya pendapatnya yang benar, lainnya tidak benar.

Jamaah Salafi bisa di mana pun. Tidak konvensional. Harus hadir di masjid, musala, aula, auditorium atau halaqah.

Dan majelis konvensional berbiaya tinggi: harus ada undangan, tanggal baik, hari baik, stempel, banner, bendera, nasi kotak, bikin panitia, menyusun anggaran, membuat proposal untuk cari donasi dan SPJ setelahnya

Salafisme sangat simpel memanfaatkan ruang dan kesempatan. Salafisme mengisi kehampaan itu. Mengisi ruang-ruang yang ditinggalkan dan diabaikan oleh dua pemain lama karena sibuk mengurus amal usaha.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini