UM Surabaya

***

Tiba-tiba ustaz berjenggut tipis, jidadnya hitam, bercelana cingkrang berdiri di atas mimbar bersimbol matahari berkalung syahadat. Ia mengajarkan cara wudu, cara sujud, cara duduk dan meluruskan semua yang pernah diajarkan para tetua.

Hampir semua amalan yang diajarkan sebelumnya di-tahdzir salah. Produk Bahtsul Masaail disoal. Fatwa tarjih direvisi.

Hadis-hadis dari kitab besar karya Imam Bukhari dan Imam Muslim di-tahqiq ulang, dan harus mendapat legalitas dan sertifikasi sahih dari Syaik Al Albani sebelum dipublikasi.

Ketua takmir yang mulanya pakai sarung dan kopyah hitam hijrah menggunakan gamis pelihara jenggut dan minyak wangi, dan mulai bahas kemungkinan memiliki dua istri.

Teman saya bilang, “Salafisme adalah salah satu gaya hidup. Semacam lifestyle yang disandarkan pada romantisme masa lampau. Jamaah perindu masa lalu entah sebagian yang mana.”

***

Saatnya Muhammadiyah kembali tenang. Fokus pada pergerakan. Taat pada ulama tarjih dan giat beramal saleh.

Salafisme, hedonisme, materialisme, liberalisme, sekularisme hanya lifestyle. Biarkan saja tak ada yang perlu dikhawatirkan, apalagi ditakuti.

Bukankah kita tetap bisa mendendangkan musik dan ngopi? (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini