*) Oleh: Dr. Nurbani Yusuf
Sedih rasanya melihat dua mukmin bertengkar.
Tahdzir dulu, sunah kemudian. Keras terhadap sesama mukmin, lemah lembut terhadap orang kafir.
Para ulama terdahulu berdakwah mengajak orang kafir menjadi muslim. Dakwah mereka sebaliknya: mengafirkan orang yang sudah memeluk Islam.
***
Mazhab Tahdzir: Beda dikit tahdzir, dikit-dikit tahdzir! Berbangga dengan hujjah sendiri kemudian merasa paling benar dan menyalahkan siapa pun yang berbeda. Menganut kebenaran tunggal tanpa kompromi.
Baca juga: Visi Salafi 2030-2050: Indonesia Negeri Sunah, tanpa Muhammadiyah dan NU
Takutlah kepada Allah Ya Rasulullah! Di saat lain kawanan tahdzir ini berkata: “Ya Muhammad berbuat adillah! Rasulullah saw bersabda: “Aku adalah orang yang paling bertakwa, tapi orang itu melengos dan pergi meningalkan Nabi saw.”
Para sahabat berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah izinkan aku penggal kepalanya .. ! Nabi saw bersabda: “Jangan, nanti dari mereka akan lahir suatu golongan yang salat kalian tak ada apa-apanya dibanding dengan salat mereka, yang puasa kalian tak ada apa-apanya dibanding puasa mereka, tapi mereka keluar dari Islam seperti rambut keluar dari tepung.”
Tahdzir bermula dari suatu ikhtiar untuk bernasihat dari sikap buruk dan batil, mengingatkan dari pendapat buruk atau segala sesuatu yang bisa membahayakan, tapi juga bermakna ikhtiar menjauhkan diri dari seseorang karena dianggap bisa membahayakan kelompok dan alirannya, lantas di-tahdzir agar tidak didengar pendapatnya. Tidak diambil ilmunya dan wajib pergi dari majelisnya. Inilah bentuk tahapan tahdzir paling rendah.
Dari tahdzir ini maka melahirkan berbagai sikap eksklusif, apriori, dan menyendiri kemudian cenderung mengasingkan diri karena sikap demikian dianggap dapat menjaga dan menyelamatkan akidah dan keyakinannya.
Baca juga: Cara Salafi Mengkritik Ulama Kami Sungguh Brutal
Sebab itu, di beberapa masjid kita menjumpai ada yang membikin halaqah sendiri kajian kajian sendiri dari biasanya.