Menurutnya, hanya beberapa kali saja Holy mendapat ranking 3, karena saat ujian dirinya sakit.
Prestasi menjadi peringkat di kelas rupanya cukup membantu meringankan SPP sekolahnya. Holy mengaku senang sekali setiap momentum pengambilan rapor ketika melihat wajah bangga ibunya membawa hadiah piagam atau di saat pelepasan akhir tahun mendengar nama ayahnya disebut ketika ia menduduki juara umum di aspek akademik.
“Saya masih ingat saat itu, baju bapak saya paling sederhana. Hanya kemeja hari raya yang dikenakannya berulang. Di antara para bapak yang mengenakan jas ketika anak mereka juga disebut karena prestasinya,” kenang Holy.
Usai kelulusan SMA, orang tuanya meminta Holy bisa melanjutkan kuliah. Kegagalan mendapatkan beasiswa pemerintah membuatnya sempat frustasi. Ia merasa modal prestasi yang ia ukir selama ini seperti sia sia dan tidak membuka pintu mendapat beasiswa.
Akhirnya dengan tekad bulat, Holy berangkat ke Surabaya. Dia mendaftar menjadi mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya).
Ketika mendengar kabar dirinya kuliah di kota, ada beberapa kerabat Holy yang menghina. Meragukan kemampuan kedua orang tuanya dan menganggap bahwa dirinya tidak akan tuntas sampai sarjana. Bahkan ada yang menuding orang tuanya akan terlilit utang karena menguliahkan dirinya.
“Cacian itu terpatahkan. Saya lulus meski tidak mudah. Pernah ketika menjelang semester empat, ibu saya sakit, kanker rahim. Butuhkan pengobatan yang lama. Beberapa kali operasi dan kemoterapi. Di sela sela kesibukan kuliah, saya harus sering izin karena menemani ibu saya berjuang di rumah sakit menjadi penyintas kanker,” ungkap Holy.
Menurutnya, di tahun itu juga Holy hampir putus kuliah karena pengobatan ibunya.
“Tapi takdir Tuhan itu baik. Saya dipertemukan dengan orang-orang baik di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang akhirnya menjadi perantara Tuhan, sehingga pengobatan ibu dibiayai oleh sebuah yayasan, yakni Seribu Senyum,” kisah Holy.
Seperti layaknya keajaiban, ibunya sembuh dan dapat hadir di momen sakral wisuda. Saat itu, Holy mendapatkan penghargaan sebagai wisuda terbaik dengan IPK tertinggi. Selanjutnya Holy melanjutkan S2 di Universitas Airlangga, usai lulus Holy menjadi Dosen Muda di UM Surabaya.