*) Oleh: Dr. Nurbani Yusuf
Karena lupa membawa kunci pintu, dan tak ingin mengganggu istirahat istri yang lelap, saya putuskan tak mengetuk pintu sebagaimana Nabi saw menggunting gamisnya karena tak ingin kucing yang tidur di gamisnya terganggu tidurnya.
Implikasinya, malam ini agak telat bangun hanya mendapatkan dua rakaat dan tiga rakaat witir.
***
Malam itu, di Padhang Makhsyar, agak gayeng. Ketamuan beberapa teman diskusi, ngobrol dalam berbagai topik tidak beraturan hingga agak larut. Dua tema diskusi malam itu setidaknya menyisakan dua pertanyaan:
Pertama, kenapa kita jauh-jauh membela bangsa Palestina yang jauh, sementara di negeri sendiri masih compang-camping tidak keruan?
Kedua, katanya Islam agama yang sempurna, kenapa banyak hal masih belum selesai dan terus berselisih tentang berbagai hal?
Saya tidak akan menjawab keduanya, sebab kedua pertanyaan itu sekaligus terkandung jawaban.
Baca juga: Mazhab Cleansing, Rasulullah pun Di-Tahdzir
***
Tiga puluh tahun silam, saya sempat protes kepada bapak, “Kenapa rumah sebagus ini diwakafkan untuk masjid?
Bapakku menjawab ringan, “Kakekmu dulu juga wakafkan ribuan meter tanahnya buat masjid, madrasah, dan pesantren Muhammadiyah dan klinik bersalin Aisyiyah!”
Saya terdiam, meski tak tahu ke mana arahnya.
Membantu Palestina adalah amanat undang-undang dan konstitusi. Jadi, sangat keliru jika kemudian dikaitkan dengan paham radikal, dipadankan dengan sikap Islam fundamentalis. Sejak mula, para foundhing father selalu membantu.
Sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah tidak hanya dikhususkan buat orang Islam bahkan non Islam. Anak-anak non Islam tetap boleh menjalankan syariat agamanya tanpa dipaksa mengubah agamanya.