UM Surabaya

Ketika datang perintah, kemudian menolaknya, sama saja durhaka terhadap Sang pemilik kebenaran.

Al-Qur’an pun mengilustrasikan ketika datang perintah menutup aurat bagi perempuan, maka orang yang beriman langsung menyambutnya dengan mengenakan pakaian yang menutup auratnya.

Bagi mereka ketundukan dan kepatuhan kepada perintah-Nya pasti akan mendatangkan kebaikan dan menghindarkan keburukan.

Sebaliknya, menolak atau menentangnya justru akan membawa implikasi buruk. Hal ini dipaparkan dengan baik sebagaimana firman-Nya:

يٰۤـاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَا جِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَا بِيْبِهِنَّ ۗ ذٰلِكَ اَدْنٰۤى اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab : 59)

Identitas seorang Muslimah, dengan pakaian menutup aurat, diyakini akan mendapatkan jaminan dari Allah, baik berbagai gangguan atau godaan.

Mereka memahami bahwa perintah menutup aurat merupakan bentuk kasih sayang Allah atas hamba-Nya.

Ketika perempuan dengan sengaja membuka aurat bukan saja menunjukkan keengganan atas perintah, tetapi sebagai bentuk penolakan perintah dari Sang Maha Pencipta dan Pengatur alam semesta.

Demikian pula perintah Allah untuk meninggalkan judi, minuman keras, berzina dan perbuatan buruk lainnya merupakan ujian besar.

Namun bagi orang yang beriman, hal itu merupakan ujian atas keimanannya. Sementara bagi mereka yang tidak beriman, datangnya perintah Allah justru menjadikan dadanya sesak.

Bagi mereka yang hatinya tunduk dan patuh pada aturan Allah, akan berupaya untuk memaksakan dirinya dalam mengikuti petunjuk.

Godaan kenikmatan sesaat ketika berbuat maksiat merupakan tipu daya setan yang pintar menghiasi perbuatan buruk tampak bertabur kebaikan.

Bukankah berbagai praktik kecurangan, korupsi, dan penyalahgunaan kekuasaan terasa indah bagi pelakunya.

Mereka memandang bahwa orang-orang yang jujur terlihat hidupnya menderita karena dalam hidupnya terlihat tidak bisa menikmati kebahagiaan sebagaimana yang mereka jalani dengan harta yang melimpah.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini