Penyesalan Hidup
Al-Qur’an menuturkan ketika hari keputusan telah ditetapkan. Pada saat itu, orang-orang yang tak beriman menyesal karena mereka dipastikan akan memperoleh siksaan.
Allah pun memperlihatkan kepada mereka kehidupan orang yang beriman yang memperoleh kebahagiaan di surga.
Manusia yang tidak beriman itu sudah ditunjukkan berbagai tanda-tanda kebesaran Allah. Penciptaan langit dan bumi yang demikian besar serta berbagai keajaiban dari yang mereka lihat.
Namun hal itu tidak menggerakkan dirinya untuk mengagungkan Allah. Kebanyakan di antara mereka justru menutup mata dan tidak mengimani atas kebesaran Allah. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya:
اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يَةً ۗ وَمَا كَا نَ اَكْثَرُهُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
“Sungguh, pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.” (QS. Asy-Syu’ara’ : 67)
Allah pun mengabarkan bahwa akhir kehidupan orang yang dahulunya menolak prinsip-prinsip hidup orang beriman, justru sadar.
Mereka menyesalinya dan ingin kembali ke dunia untuk menjalani kehidupan sebagaimana yang dijalani oleh orang-orang yang beriman. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:
فَلَوْ اَنَّ لَـنَا كَرَّةً فَنَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Maka seandainya kita dapat kembali (ke dunia) niscaya kita menjadi orang-orang yang beriman.” (QS. Asy-Syu’ara’ : 102)
Gambaran Al-Qur’an di atas meyakinkan diri kita bahwa kebanyakan manusia di dunia ini dalam keadaan ingkar atas petunjuk Allah.
Mukmin minoritas merupakan realitas nyata di dunia ini, dan nanti di akhirat akan menjadi dambaan.
Namun episode penyesalan di akhirat ini tidak bisa menjadikan mereka kembali ke dunia karena kehidupan akhirat sudah di depan mata. Mereka benar-benar menyesal tidak menjalani hidup sebagai orang mukmin. (*)
Surabaya, 13 Mei 2024
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News