*) Oleh: Imron Nur Annas, MH,
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Nganjuk dan Pengajar di Ponpes Ar-Raudlotul Ilmiyah Kertosono
Mohammad Hatta yang akrab disapa dengan panggilan Bung Hatta dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Nama Mohammad Hatta dikenal masyarakat Indonesia sebagai pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang kerap disandingkan dengan Soekarno.
Tidak hanya itu, Bung Hatta juga dikenal sebagai organisator, aktivis partai politik, proklamator, negarawan, pelopor koperasi, dan wakil presiden pertama Republik Indonesia.
Perjuangan Bung Hatta untuk memerdekakan bangsa Indonesia di tangan cengkeraman kekuasaan pemerintah Belanda begitu gigih, walaupun tekanan, siksaan, dan pengasingan kerap dirasakannya.
Hal itu dibuktikannya dengan janji setia yang terucap dari bibirnya, “Saya tidak akan menikah selama Indonesia belum merdeka”. Sehingga ketika Bung Hatta memutuskan untuk mengikat janji suci dengan seorang gadis cantik usianya sudah tidak muda lagi.
Tanggal 18 November 1945 merupakan momen bahagia bagi Bung Hatta, karena di momen itulah Mohammad Hatta akan mengikat Rachmi Rahim yang biasa dipanggil dengan Yuke dengan ikatan yang suci dalam bingkai pernikahan.
Melalui ikatan pernikahan itulah kedua pasangan akan saling mencintai, saling berbagi, saling menjaga, saling menasihati, saling memberi solusi, dan sebagai wadah untuk berkeluh kesah dalam suka maupun duka.
Rachmi Rahim adalah seorang gadis yang menawan yang dikenalkan oleh Soekarno kepada Bung Hatta. Tidak hanya itu, Bung Karno juga memberi pinjaman jas kepada Bung Hatta saat pernikahannya berlangsung karena melihat jas yang dikenakan Bung Hatta sangat sederhana. Di saat itu, usia Rachmi Rahim 19 tahun, terpaut 24 tahun dengan usia Bung Hatta.
Posisinya sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia saat pemerintahan Bung Karno tidak mengubah kesederhanaannya. Sehingga tidak heran jika Bung Hatta yang terkenal santun dan cerdas tersebut menyelenggarakan pesta perkawinannya dengan sederhana.
pernikahan Bung Hatta dengan Rachmi Rahim dilangsungkan di Vila Megamedung Bogor.
Uniknya, mahar yang diberikannya kepada istrinya adalah buku karangannya yang berjudul Alam Pikiran Yunani. Sempat ibunya gusar karena Bung Hatta memberikan buku karangannya sebagai mahar untuk sang istri tercinta.