Banyak sahabatnya yang mengatakan kenapa maharnya berupa buku? Bukan emas, perak, kendaraan mewah, rumah yang megah atau harta yang melimpah? Padahal Bung Hatta posisinya menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.
Tapi itulah kesederhanaan seorang proklamator bangsa. Baginya buku dan ilmu pengetahuan adalah harta yang sangat berharga dibandingkan dengan barang berharga lainnya. Bung Hatta sangat haus dengan lautan ilmu, begitu besar cintanya terhadap ilmu, sampai-sampai Bung Hatta mempunyai koleksi buku mencapai 10.000 lebih.
Semasa hidupnya, Bung Hatta memiliki empat kekasih, yaitu Indonesia, rakyat Indonesia, buku, dan Rachmi Rahmi. Khususnya buku, Bung Hatta memiliki hubungan yang sangat istimewa dengan benda yang satu ini. Hari-harinya selalu dilewati dengan buku. Bahkan ketika diasingkan oleh Belanda, Bung Hatta membawa beberapa koper yang berisi buku, karena buku selalu menjadi penghiburnya.
Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, Bung Hatta bersama istrinya, Rachmi Rahmi, menunjukkan sikap kesederhanaannya. Tidak pernah menampilkan kesan hidup orang borjuis, apalagi mempunyai harta yang melimpah dan mobil mewah berjejer diparkir depan rumahnya, tentu tidak. Itulah bukti sosok luar biasa seorang Bung Hatta.
Di samping itu, Rachmi Rahmi menghabiskan sisa waktu bersamanya dengan berkhidmat sepenuhnya kepada Bung Hatta sebagai sang suami. Di saat Rachmi Rahmi tidak mampu membeli mesin jahit idamannya, Bung Hatta hanya dapat menyuruh untuk bersabar dan menabung. Rachmi Rahmi tidak pernah menuntut apalagi mengeluhkan keadaan ekonomi keluarga.
Sekitar tahun 1950-an, Bung Hatta ingin memiliki sepatu Bally yang merupakan merek sepatu terkenal dan bermutu tinggi pada saat itu, akhirnya disimpanlah guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha untuk menabung agar dapat membeli sepatu idamannya. Akan tetapi, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu diambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dekat yang datang meminta pertolongan.
Bung Hatta lebih memilih jalan sulit dan lama untuk lebih mendahulukan orang lain. Bung Hatta tetap berusaha mengumpulkan uang meskipun pada akhirnya tidak dapat memiliki sepatu tersebut. Walaupun memiliki jasa besar bagi kemerdekaan negeri ini, Bung Hatta sama sekali tidak ingin meminta sesuatu untuk kepentingan dirinya sendiri.
Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli. Bahkan iklan sepatu Bally itu masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Bung Hatta.
Tahun 1952, Bung Hatta akan melakukan ibadah haji bersama istri dan dua saudarinya. Waktu itu, Presiden Soekarno menawarkan agar menggunakan pesawat terbang yang biayanya ditanggung Negara. Namun, Bung Hatta menolaknya dengan keyakinan ingin pergi untuk menunaikan ibadah haji sebagai rakyat biasa, bukan sebagai wakil presiden. Akhirnya Bung Hatta menunaikan rukun Islam yang kelima dari hasil honorarium penerbitan beberapa buku dari karya tulisnya.
Kehidupan rumah tangga Bung Hatta dengan Rachmi Rahmi berjalan sangat harmonis. Rachmi Rahmi mendampingi Muhammad Hatta sebagai wakil presiden saat pemerintahan hijrah dari Jakarta ke Yogyakarta. Bahkan Rachmi Rahmi ikut menjadi tahanan rumah sewaktu Belanda menduduki Yogyakarta pada 19 Desember 1945, dan menyaksikan pula saat suaminya ditangkap akan dibuang ke Bangka.