Fatwa ulama kami dilawan dan jamaah kami dipengaruhi tidak taat pada ulama dan putusan organisasi. Beberapa masjid dan musala dipindahtangankan.
Kalian dengan sombong pergi menjauhi majelis ulama kami dengan alasan subhat, tak layak diambil ilmu dan hikmahnya meski di masjid kami inilah pangkal soalnya, inilah awal mulanya, inilah problemnya.
Inilah yang disebut dalam pepatah, “Air susu di balas air tuba.”
Berbeda pendapat itu biasa. Para ulama telah berbeda sejak puluhan abad silam. Ulama-ulama kami pun juga kerap berbeda pendapat. Indonesia majemuk, negeri dengan ratusan suku bahasa adat bahkan Islam sendiri juga beragam manhaj.
Problem utamanya: sikap kita ketika berbeda pendapat. Adab kita ketika bersilang kata. Akhlak kita ketika ber-ikhtilaf. Adab kita terhadap ulama yang berlainan manhaj.
Sebab itu, kami harus mengkonsolidasi: konsolidasi ideologi, konsolidasi struktural dan konsolidasi organisasi dan ini menjadi bagian penting dari masalah organisasi yang kami dirikan tempat kami ber-khidmad ber-amar ma’ruf nahi munkar dan itu hak kami bahkan kewajiban kami untuk melakukannya sebagai hak azasi.
Tidak semua yang ada di kami baik, yang buruk kami buang.
Tidak semua yang di kalian buruk, yang baik kami ambil.
Insya Allah, kami tak akan membalas tahdzir dengan tahdzir. Perbedaan itu biasa, ikhtilaf juga sesuatu yang lumrah. Ukhuwah islamiyah yang utama
Insya Allah kami mencintai Salafi sebagaimana anjuran Nabi saw dan para salaf saleh: setiap mukmin itu bersaudara dengan tidak melihat manhaj-mu, tidak melihat aliranmu dan tidak melihat siapa gurumu, dan tidak melihat pakaianmu.
Kami mencintai kalian sebagaimana diperintahkan Allah dan Rasulnya. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News