Kunci melepaskan diri dari pengaruh paradigma kolonial adalah Nusantarisasi. Hal itu disampaikan Prof. Mohammad Reevany Bustami, Ph.D, pemateri dari Universiti Sains Malaysia, pada kuliah tamu internasional prodi Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Agenda yang dilaksanakn pada 14 Mei tersebut diramaikan oleh ratusan mahasiswa dan tamu yang antusias.
“Nusantarisasi sangat penting. Termasuk bagi para ilmuwan sosiologi untuk mentransformasi ilmu sosial Nusantara yang berbasis diri,” kata Bustami.
Menurutnya, masyarakat akan bisa menggunakan potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk melihat dan memahami dunia dengan sudut pandang dan konstruksi berpikir sendiri.
“Dengan demikian, kita bisa menggunakan pikiran, bahasa, kebijaksanaan, dan warisan budaya kita untuk memahami realitas yang ada dengan lebih baik. Selain itu juga untuk menemukan solusi atas masalah yang dihadapi sambil tetap berhubungan harmonis dengan dunia di sekitar kita tanpa terjebak dalam pandangan penjajah,” jabar dia.
Bustami. lalu menjelaskan, konsep Nusantarisasi bukan hanya wacana, tapi juga merupakan panggilan untuk memperkokoh identitas dan kekuatan kolektif bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan global.
Dengan melepaskan diri dari pengaruh kolonial, Indonesia dapat menggali potensi yang ada dan membangun pemahaman serta solusi yang autentik sesuai dengan realitas dan nilai-nilai lokal. Ini juga sebagai cara menjaga harmoni dengan lingkungan sekitar.
Sementara itu, Wakil Dekan I FISIP UMM Najamuddin Khairur Rijal, M.Hub.Int. menekankan dukungan penuh akan kegiatan serupa.
“Itu tak lepas dari upaya peningkatan pemahaman dan wawasan mahasiswa akan Nusantarisasi dalam konteks ilmu sosial,” katanya.
Kata Najamuddin, UMM memang selalu menyediakan berbagai pilihan dan cara untuk menambah wawasan baru para mahasiswa. Maka, jangan sampai saudara menyia-nyiakan potensi dan kesempatan yang ada.
“Ikuti seminar dan konferensi kemudian tingkatkan pengetahuan lewat agenda-agenda tersebut. Sehingga ketika nanti turun ke masyarakat, saudara bisa memberikan solusi inovatif akan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat,” tegasnya.
Adapun agenda itu dipandu Ketua Prodi Sosiologi UMM Luluk Dwi Kumalasari, M. Si. Yang membawakan dengan lancar. Para mahasiswa terdiri dari angkatan 2020-2023.
Luluk berharap, Nusantarisasi bisa menjadi landasan para anak muda untuk menemukan solusi. Jadi, tidak terkungkung dan terjebah di paradigma kolonial. (wil/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News