Oleh sebab itu, wajiblah manusia menjaga hatinya, agar jalan yang mereka tempuh tetap sesuai jalur dan fitrahnya.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Kemaksiatan yang dilakukan anggota tubuh kita merupakan akibat dari hati yang telah durhaka kepada Allah SWT.
Dari situlah semua yang lahir akan tampak, yang baik dan buruknya, gelap dan terangnya, sebab setiap bejana akan membayangkan isinya. Allah berfirman dalam QS. Al-Hasyar ayat 19:
وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ نَسُواْ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan dirinya sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.”
Dalam Tafsir Ibnu Katsir diterangkan bahwa mereka yang melupakan Allah maka mereka akan lupa beramal saleh untuk dirinya sendiri, lalai akan hari di mana mereka dibangkitkan, serta lupa akan amal yang mereka bawa. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik,
Dari ayat di atas telah jelas bahwa hati menjadi dasar atas segala amal. Nafsu yang ada dalam diri manusia akan dapat ditekan secara maksimal apabila hati kuat dan kokoh dalam iman dan ingat kepada Allah.
Jamaah yang dimuliakan Allah
Kehidupan yang kita jalani di tengah arus globalisasi hari ini tampak jelas bahwa kehadiran hati amat dibutuhkan untuk menyaring segala yang haram dan subhat.
Mulai dalam pekerjaan, pendidikan, bermasyarakat, bahkan bernegara sekalipun hati harus menjadi panglimanya agar yang dilahirkan adalah kebaikan dan maslahat.
Sesungguhnya Allah senantiasa memberikan sinar petunjuk bagi setiap hambanya agar hati mereka condong akan petunjuk Allah. Nabi Muhammad saw bersabda:
“Sesungguhnya di sepanjang masa hidupmu, Tuhanmu sewaktu-waktu memberikan limpahan sinarnya, maka bukakanlah pintu hatimu untuk menerimanya”. (H.R Muslim dari Abu Hurairah )
Dalam membuka pintu hati ialah dengan membersihkan dan menyucikannya. Dengan membersihkan dari kotoran dan kabut yang timbul dari sifat dan perilaku yang tercela. Maka sesungguhnya petunjuk hidayah itu terus tampak di hadapan kita hanya saja terhalang oleh maksiat yang kita kerjakan. Allah berfirman:
قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ٩ وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠
“Sungguh beruntung orang yang menyucikannya. Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya”. (Q.S As-Syam : 9-10)