Dakwah berbasis digital menjadi fokus tersendiri bagi para Mubaligh Muhammadiyah, Pasalnya di era yang serba digital, pola dakwah harus disesuaikan dengan kebutuhan umat.
Tetapi hal ini tidaklah mudah, karena tidak semua mubaligh mampu menyampaikan pesan dakwah melalui bahasa tulis karena membutuhkan keahlian dan pembiasaan khusus.
“Mubaligh kan terbiasa menggunakan bahasa lisan, jadi wajar jika menulisnya belepotan karena perlu fokus tersendiri untuk menarasikan pesan dakwah,” ujar Dr Slamet Mulyono, Pimpinan Redaksi Majelis Tabligh Id dalam diskusi acara Milad Media PWM Jawa Timur, Sabtu (18/05/2024).
Dalam diskusi yang juga menghadirkan beberapa pimpinan media afiliasi Muhammadiyah Jawa Timur, Slamet menambahkan, kehadiran Majelis Tabligh.Id untuk mewadahi mubaligh yang memiliki kemampuan menulis ataupun menarasikan dakwah para mubaligh untuk bisa disampaikan lebih luas.
“Bagi yang punya kemampuan menulis media ini sarana untuk mengembangkan segmen dakwah digital, bagi yang belum bisa ini bisa dijadikan rujukan,” tambah Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (Uinsa) itu.
Dalam usianya yang baru genap setahun, imbuh Slamet, Majelis Tabligh.Id telah mampu menyajikan media dakwah berbasis digital dengan berbagai konten baik visual seperti vidio pendek, artikel maupun bentuk lain.
“Alhamdulilah pembaca kita bisa menyentuh angka 5000 hingga 10.000 perhari. Untuk vidio pendek capaian kita hingga satu juta,” pungkas Wakil Ketua Majelis Tabligh PWM Jawa Timur.
Sementara, Pimpinan Redaksi Majalah Matan Ainurrofiq berharap media dalam bentuk majalah bulanan yang ia nahkodai terus memberikan dakwah yang mencerahkan umat dalam perspektif yang berbeda dibandingkan media umum.
Konten berita di majalah Matan punya beban moral tersendiri, bahasa harus ditata sedemikian rupa sehingga mencerminkan visi dakwah Muhammadiyah,” tegas Mantan Wartawan The Jakarta Post itu.
Lebih lanjut Ia akan terus berkomitmen memegang prinsip-prinsip jurnalisme dalam menyajikan berita maupun konten majalah, sehingga mampu membangun persepsi positif berdasarkan fakta-fakta yang valid.
“Selain idealisme, jurnalis Matan wajib menjunjung tinggi profesionaisme sebagai media corong peryarikatan,” pungkasnya.
Sementara itu, Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO menambahkan dalam sewindu sejak dilaunching pada 18 Maret 2016 lalu, Media ini telah berkontribusi besar dalam mengabarkan syiar dan program Muhammadityah hingga memenuhi lini massa, hal ini berkat kerja keras tujuh tim redaktur yang non-stop terus merilis nyaris semua kegiatan PWM, PDM hingga ranting dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
“Bahkan saking banyaknya berita masuk dari kontributor kami, libur pun mereka tetap gerilya untuk menyajikan berita, karena jika tidak, banyak protes juga dari kontributor di daerah,” tegasnya.
Di sisi lain, dari kontributor yang awalnya menulis secara otodidak, media ini mampu melahirkan penulis yang cukup baik meski belum sempurna.
“Tapi (InsyaAllah) dari mereka akan lahir jurnalis profesional, sehingga PWMU. CO ini bisa menjadi sekolahnulis yang cukup efektif,” pungkasnya.
Muhammad Ilham, Pemimpin Redaksi Muklumat.Id turut menambahkan, menjamurnya media online di lingkunga PWM Jatim tidak serta merta menjadi competitor di antara mereka, tetapi justru menjadi mitra yang efektif untuk saling menguatkan dan mengembangkan.
“Eranya kolaborasi bukan lagi kompetisi, jadi kita saling menguatkan karena kita punya potensi untuk bisa berkembang dan maju,” ujar mantan wartawan Harian Jawa Pos itu .
Lebih lanjut Ia berharap media afiliasi Muhammadiyah bisa saling mengisi dan memperkuat. “Kita tidak mungkin bisa besar sendiri-srndiri, tidak perlu bersaing tapi bermitra dan sharing lah,” imbuhnya.
Selain itu, menurut dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini tidak mungkin media afiliasi bersaing karena masing-masing memiliki karakter dan segmen yang berbeda dalam penyajian berita.
“Media di PWM ini punya segmen dan karakter masing-masing, Kami (Maklumat.id) tidak banyak-banyakan pembaca tapi fokus kepada siapa yang membaca, harapan kami jika pembaca adalah pemilik kebijakan atau pimpinan organisasi bisa mempengaruhi kebijakan organisasi,” pungkasnya mantan wartawan spesialis event olahraga ini. (M.Roissudin)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News