UM Surabaya

***

Sebuah cuplikan dialog dalam Film Sang Pencerah sangat menggugah bagi siapapun yang mengaku beragama. Pemahaman Kyai Dahlan tentang makna agama sungguh sangat mendalam.

Film yang diluncurkan pada 2010 itu, disutradarai Hanung Bramantyo, berdasarkan kisah nyata dari pendiri Muhammadiyah, Kiai Haji Ahmad Dahlan, yang dikenal sebagai tokoh pembaharu Islam di Indonesia.

Dalam satu bagian, diceritakan lima remaja mengendap-endap mendekati rumah Kyai Dahlan. Dari kejauhan terdengar sayup-sayup alunan nada biola yang menawan. Keinginan mereka untuk mengaji dan belajar ke rumah sedikit terkikis. Diserang ragu.

Dua di antarnya memilih pulang. Sisanya, di tengah kecamuk penasaran dan keraguan, akhirnya mendekati sumber suara.

“Kulo nuwun. Assalamu’alaikum, Kyai,” ucap seorang remaja.

“Wa’alaikumussalam, silakan masuk,” jawab Sang Kyai seraya menghentikan permainan biola. “Kebetulan ada Muhammad Sangidu di sini.”

Di ruangan, Kyai sedang bersama salah seorang santrinya yang lain. “Saya menunggu kalian,” sambil menaruh sebuah biola kecil di pangkuannya.

“Kira-kira kita mau ngaji apa kyai,” kata salah seorang.

“Kalian maunya ngaji apa?” Tanya Kyai. Pertanyaan ini tentu sangat tabu di masa itu. Di saat kyai berada di posisi elite.

“Biasanya kalau pengajian itu, pembahasannya dari guru ngajinya, Kyai?” jawab salah seorang remaja. Dalam kebiasaannya ketika itu, para santri hanya menerima saja apapun yang diputuskan kyai.

“Nanti yang pintar hanya guru ngajinya. Muridnya hanya mengikuti gurunya. Pengajian di sini kalian yang menentukan. Dimulai dari bertanya. Ayo, siapa yang mau bertanya?” Kyai menawarkan.

Dalam suasana yang agak canggung, sejenak taka da yang membuka suara. Sampai kemudian, salah seorang remaja memberanikan diri bertanya, “Agama itu apa, Kyai?” pertanyaan singkat, padat, namun penuh esensi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini