Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan Telkom Satelit Indonesia teken MoU pada Senin (20/5/2024).
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir sebut ini program penting dan strategis.
Haedar menyampaikan terima kasih kepada Telkom Satelit Indonesia telah berkenan untuk bekerja sama dengan Muhammadiyah.
Termasuk dengan Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah yang menjadi bagian dari kerja sama ini.
Kerja sama ini mencakup berbagai kegiatan, salah satunya untuk pengembangan teknologi Artificial Intelligence (AI).
Oleh karena itu, menurut Haedar ini kerja sama strategis untuk pembangunan negara dan bangsa.
“Saya yakin program ini sangat kompatibel dengan Muhammadiyah yang juga sedang terus membangun institusinya, termasuk di bidang pendidikan tinggi agar kita lebih adaptif dan menguasai teknologi informasi,” katanya.
Kemajuan teknologi informasi dan sebagainya merupakan sebuah keniscayaan. Maka Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA) tidak boleh menolak, melainkan harus ‘mengendarainya’ dengan berbagai inovasi untuk membangun dan memberikan kemanfaatan secara lebih luas.
Melalui jaringan Telkom Satelit Indonesia yang menjangkau lebih dari 20 juta orang, diharapkan kerja sama ini akan menghadirkan daya ungkit untuk meningkatkan dan mengakselerasi PTMA maju, unggul, dan melayani masyarakat.
Haedar juga berharap, dengan luasnya jaringan yang dimiliki oleh Telkom Satelit Indonesia, PTMA akan bisa menjangkau lebih jauh jaringan sehingga mampu menghadirkan pendidikan secara lebih modern.
“Jika ini terpenuhi saya yakin kita akan dapat lebih mudah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujar Haedar.
Pengembangan teknologi dengan berbagai aspeknya, kata Haedar, PTMA tetap berada pada jangkar tujuan pendidikan yang utama. Melainkan pengembangan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah akses pendidikan bagi semua.
Di tengah perkembangan teknologi dan informasi, pendidikan di PTMA tetap berkarakter membangun nilai-nilai utama di antaranya akhlak, iman, takwa, agama, Pancasila, budaya luhur bangsa, dan lain sebagainya.
Haedar memandang, karakter utama dalam dunia pendidikan di Indonesia kerap kali hanya bersifat normatif semata. Sebab dunia pendidikan lebih terpukau oleh pengembangan ekonomi dan teknologi. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News