Wasiat Agung

Mereka memegang teguh wasiat agung yang diajarkan Nabi kepada mereka. Allah mewasiatkan kepada orang-orang beriman untuk berpegang teguh dan memegang prinsip beragama hingga akhir hayat.

Wasiat agung ini terus digaungkan oleh para utusan Allah yang menginginkan umatnya bisa meraih kebahagiaan tertinggi di surga. Tantangan berat yang dihadapi orang-orang ingin memegang teguh keyakinannya, tidaklah ringan.

Berbagai upaya untuk menggoyang dan mengganti pribadi orang muslim dengan identitas yang lain sangat beragam. Banyak pihak menggunakan segala daya dan upaya untuk meruntuhkan keyakinan seorang muslim yang sudah tertanam kuat.

Oleh karenanya Allah mengingatkan kepada orang-orang yang beriman untuk kokoh dalam memegang tali iman hingga ajal tiba. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali ‘Imran: 102)

Tantangan untuk menjadi muslim secara totalitas sangatlah besar. Muslim yang memegang teguh agamanya memiliki karakter yang melekat dan senantiasa dijalankan dalam kehidupan setiap hari.

Karakter yang melekat itu di antaranya, menyeru manusia untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran yang dilihatnya. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya:

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali ‘Imran : 104)

Ketika ayat ini diabaikan, maka bangsa ini menempati bagian terbelakang, bergerak lamban dan berat hingga datanglah masa di mana bangsa ini mengalami pengeroposan dan pembusukan sehingga menebarkan racun dan bau tak sedap.

Hal ini berujung runtuhnya peradaban politik Islam. Bangsa yang telah menyia-nyiakan amanah karena mengabaikan pengabdian manusia kepada Tuhan, Pemilik syariat dan Penguasa alam semesta.

Mereka tergoda saat memegang sehingga hilang identitas mereka sebagai seorang muslim. Sulit untuk bersikap jujur ketika diberikan kekuasaan, berdusta dan khianat ketika mendapatkan kewenangan.

Sifat amanah sangat jarang karena kebohongan bukan hanya merebak tetapi menjadi budaya. Keadilan pun sebagai barang yang langka karena kekuasaan dikuasai oleh mereka yang tenggelam dalam kezaliman. (*)

Surabaya 22 Mei 2024

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini