LDII: Kami Ingin Belajar dari Muhammadiyah
Pengurus LDII bersama jajaran pengurus PWM Jatim. foto: majelistabligh.id
UM Surabaya

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Jatim ingin belajar banyak dari kiprah Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan, khususnya dalam pengelolaan pendidikan dan amal usaha.

Penegasan tersebut disampaikan Ketua DPW LDII Jatim Moch. Amrodji Konawi saat berkunjung ke Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim di Jalan Kertomenangal IV/1, Surabaya, Kamis (23/5/2024).

Dalam kunjungan itu, Amrodji Konawi datang bersama Dr. Ahmad Ali MD, MA (cendekiawan NU, dosen Pascasarja Universitas PTIQ Jakarta) yang sedang melakukan penelitian dan beberapa pengurus LDII Jatim.

Mereka ditemui Ketua PWM Jatim Dr. dr. Sukadiono, MM didampingi Wakil Ketua Dr. M. Sholihin Fanani, dan Suli Da’im, MM (Ketua Divisi Publikasi dan Kerja Sama Media MPID Jatim).

Amrodji mengatakan, selama ini hubungan LDII dengan Muhammadiyah sangat baik. Komunikasi antar pimpinan juga berjalan bagus.

“Saya malah sampaikan ke Pak Sukadiono, saya ingin belajar dari Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah saya anggap sebagai pioner terkait dengan pendidikan, termasuk rumah sakit. Kalau dalam bahasa LDII butuh mangkul, belajar kepada orang yang ahli,” tutur Amrodji.

LDII: Kami Ingin Belajar dari Muhammadiyah
foto: majelistabligh.id

Dia lalu mengungkapkan, saat ini LDII Jatim memiliki 62 sekolah dan pondok yang terdiri dari PAUD, TK, SD, Wustha (setingkat SMP), Ulya (setingkat SMA).

“Saat ini untuk perguruan tinggi kami masih melakukan kajian-kajian,” cetus Amrodji.

Dia berharap, Muhammadiyah yang memiliki banyak pakar pendidikan bisa menularkan ilmunya kepada LDII.

Meski tidak membeberkan format detailnya, namun Amrodji mengatakan bahwa hal itu bisa diwujudkan dengan mengadakan seminar dan pelatihan.

“Yang jelas kerja sama LDII dengan Muhammadiyah sangat terbuka sekali. Bahkan bukan hanya pendidikan, tapi juga di bidang sosial dan kesehatan,” katanya.

Apakah hal itu ditargetkan dilaksanakan tahun ini? Amrodji menegaskan, pihaknya belum bisa memastikan. Namun proses kerja sama dan kolaborasi dua lembaga ini semakin dimatangkan.

“Muhammadiyah adalah saudara tua, seperti halnya NU. Yang lahirnya sebelum kemerdekaan, kalau kita kan setelah kemerdekaan,” ujarnya.

Sementara itu, Sukadiono menegaskan, Muhammadiyah sangat terbuka melakukan kerja sama. Karena Muhammadiyah selalu bersikap luwes, terbuka dan kooperatif dengan berbagai kelompok.

“Kita sejak duli tidak pernah memperbesar atau mempertajam perbedaan. Yang justru kita lakukan memperkuat titik kesamaannya,” tegas Sukadiono.

Demikian hanya dengan keinginan LDII Jatim. Menurut Suko, panggilan karibnya, Muhammadiyah siap menjalin kerja sama bila memang dibutuhkan.

“Tidak masalah. Saya juga banyak kenal tokoh-tokoh LDII. Prinsipnya kalau untuk kemaslahatan umat Muhammadiyah pasti mendukung,” tutur rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.(wh)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini