Takwa dan Akhlak Bekal Masuk Surga
foto: narciso contreras/the new york times

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesamanya.

Akhlak merupakan tolok ukur dalam bergaul. Demikian pula Allah Subhanahu Wa Taala memandang seorang hamba dengan menilai dari sisi ketakwaan. Bukan dari penampilan.

Apa itu takwa?

Kriteria takwa dapat kita temukan dalam surat Al-Baqarah ayat 3 dan 4, di mana dimensi ahlak yang baik terdapat pula di dalamnya. Akhlak yang baik memberatkan timbangan amal kebajikan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya mengenai hal-hal yang banyak dimasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan perilaku.”  (HR.Tirmidzi, 2004 Ibnu Majah, 4246. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan sanad hadis ini sahih)

Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam  timbangan lebih berat dari akhlak yang mulia Benar-benar orang yang berakhlak mulia bisa menggapai derajat yang rajin puasa dan rajin salat.  (HR.Tirmidzi, 2003. Al-Hafizh Abu Thahir bahwa sanad hadits ini hasan)

Garis takwa merupakan formula dalam mengikuti alur kehidupan, karena ujungnya bersambung dengan garis langit. Tidak mudah mencapainya, namun janji Allah pasti. Barangsiapa bertakwa kepada-Nya dialah orang yang beruntung.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surah Ali Imran: 112:

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ اَيْنَ مَا ثُقِفُوْٓا اِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ الْاَنْبِۢيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi, tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.”

Penjelasan ayat di atas :

Yakni Allah menetapkan kehinaan dan rendah diri pada diri mereka di mana pun mereka berada. Karena itu, hidup mereka tidak merasa aman.

“Kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah.” (QS. Ali Imran: 112)

Yaitu jaminan dari Allah. Maksudnya, janji jaminan keamanan bagi mereka dengan dibebani membayar jizyah (Pajak) dan menetapkan atas mereka hukum-hukum agama Islam.

“Dan tali (perjanjian) dengan manusia.(QS. Ali Imran: 112)

Yakni, jaminan keamanan dari orang lain buat mereka, seperti perjanjian perdamaian dan gencatan senjata serta tawanan bila keselamatannya dijamin oleh seseorang dari kalangan kaum muslim, sekalipun si penjaminnya adalah seorang wanita Muslimah.

Demikian pula halnya perihal budak, menurut suatu pendapat di kalangan para ulama.

Insya Allah bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini