Mohammed Al Khoory, founder Asia Muslim Charity Foundation (AMCF), memberikan apresiasi positif terhadap kerapian manajemen Muhammadiyah.
Apresiasi itu disampaikan Mohammed Al Khoory dalam Kuliah Umum yang diselenggarakan Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Tabligh Institute PP Muhammadiyah pada Senin (20/5/2024) .
Dalam paparannya, Mohammed menyampaikan bahwa kerja sama dengan Muhammadiyah telah berjalan kurang lebih 33 tahun. Selama kerjasama berlangsung itu dia mengetahui kalau Muhammadiyah adalah organisasi yang rapi.
“Muhammadiyah adalah salah satu persyarikatan yang paling bagus dalam manajemen serta protokoler yang dimiliki dan saya mengakui bahwa saya adalah bagian dari Muhammadiyah,” kata dia yang juga mengaku sebagai anggota Muhammadiyah.
Dia juga menjelaskan, saat ini AMCF sedang menjalankan program kemanusiaan di beberapa kota besar seperti di Malang, Bandung, Makassar, dan Medan. Selain itu program juga dilakukan untuk menjangkau kawasan minim akses di Indonesia.
“Ada 10 kapal kemanusiaan yang tersebar di Indonesia. Semua digunakan untuk mengabdi di negeri ini,” tegasnya.
Sementara itu, terkait dengan program dakwah yang dilakukan oleh AMCF di pedalaman, Mohammed Khoory menyampaikan hal itu menjadi tantangan tersendiri. Namun dia mengaku senang bisa berkegiatan di Indonesia karena mayoritas penduduknya adalah muslim.
“Ada masyarakat yang hidupnya berpindah-pindah, tidak bisa bahasa Indonesia, sehingga perlu penerjemah ke pedalaman. Itu juga tantangan dakwah,” ungkapnya.
“Karena masyarakat Indonesia adalah mayoritas Muslim terbesar di dunia,” imbuh Mohammed Khoory di forum yang juga diikuti oleh Ketua dan Wakil Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal dan Adi Hidayat.
Fathurrahman Kamal dalam sambutannya mengungkap tujuan didirikannya Institute Tabligh Muhammadiyah (ITM) untuk melestarikan ajaran atau tradisi lama yang dimiliki para pendahulu Muhammadiyah, yaitu sebagai tempat kulliyatul muballighin.
Keberadaan ITM, imbuh Fathur, bukan hanya sebagai tempat pendidikan, pelatihan dan pembinaan, tetapi juga sebagai tempat untuk merawat kebudayaan bangsa Indonesia.
“Oleh karena itu, Gedung ITM yang berdiri di atas lahan kurang lebih 2000 meter persegi ini juga bisa disebut dengan Pusdiklat Bud,” kata Fathur.
Ke depannya, gedung ini diharapkan akan menjadi tempat bersemainya generasi mubalig yang siap berdakwah di masyarakat Indonesia yang akan mendapat bonus demografi sehingga hal itu dapat dimaksimalkan potensinya. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News