Tentang Fikih Arah Kiblat
foto: saudi press agency/handout via reuters

Ini yang belum banyak diketahui jika kata “kiblat” memiliki akar kata dari bahasa Arab, al-qiblah, yang secara harfiah berarti arah (al-jihah).

Dalam pengertian yang lebih luas, al-Manawi (w. 1031/1621) menjelaskan bahwa “kiblat” merujuk pada segala sesuatu yang ditempatkan di depan atau sesuatu yang menjadi arah tujuan.

Pandangan di atas disampaikan Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Rahmadi Wibowo dalam acara Pelatihan Ahli Ukur Arah Kiblat, Sabtu (25/5/2024).

Kegiatan ini diselenggarakan Majelis Tarjih dan Tajdid PW DI Yogyakarta dan Pusat Tarjih Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan di Aula Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan.

“Karena itulah, Ka’bah di Masjidil Haram disebut sebagai kiblat karena ia adalah arah yang harus dihadapkan oleh umat Islam saat melaksanakan salat,” beber dia.

Salah satu dalil yang menjelaskan pentingnya kiblat dapat ditemukan dalam QS. Al-Baqarah ayat 150:

“Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepadaKu. Dan agar Kusempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk” (Q. Al-Baqarah: 150).

Meskipun demikian, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai patokan arah kiblat. Ulama Syafi’iyyah dan Hanabilah berpendapat bahwa kiblat harus ‘ain al-Kakbah atau menghadap tepat ke bangunan Ka’bah.

Sementara itu, ulama Hanafiyyah dan Malikiyyah menyatakan bahwa apabila berada di dalam Masjidil Haram, arah kiblat harus ‘ain al-Ka’bah, tetapi jika berada jauh dari Masjidil Haram, cukup menghadap jihat al-Kakbah atau arah Kakbah.

Muhammadiyah menguatkan pandangan ulama Syafi’iyyah dan Malikiyyah, menegaskan bahwa arah kiblat adalah ke arah Ka’bah.

“Kalau kita baca dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) maka kita dapat melihat bahwa Muhammadiyah lebih condong ke pandangan ‘ain al-Ka’bah atau menghadap ke bangunan Kakbah baik jarak jauh maupun dekat,” terang Rahmadi. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini