Dakwah Aisyiyah Harus Menjadi Kekuatan Perekat Sosial
Ketua Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Rohimi Zam Zam.
UM Surabaya

Dakwah yang dilakukan Persyarikatan Muhammadiyah termasuk ‘Aisyiyah bersifat memajukan dan memberdayakan, yang dijalankan secara inklusif. Inklusivitas yang dibangun dalam dakwah persyarikatan berdasar pada majemuknya bangsa Indonesia.

Menurut Ketua Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Rohimi Zam Zam diperlukan ta’awun dan kerja sama dalam perbedaan untuk memajukan hidup bersama.

“Melalui dakwah, Aisyiyah harus menjadi kekuatan perekat sosial yang membawa misi Islam rahmatan lil’alamin,” tutur Rohimi dalam siaran pers yang diterima redaksi muhammadiyah.or.id pada Senin (27/5).

Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FIP UMJ) ini memandang, dalam merespon kemajemukan bangsa ini supaya ‘Aisyiyah lebih memperkuat dakwah komunitas berbasis pada jemaah.

Sementara itu, terkait dengan tema Milad ke-107 ‘Aisyiyah menurutnya penting untuk menjaga eksistensi gerakan ‘Aisyiyah dalam pemberdayaan dan penguatan kaum perempuan. Potensi yang dimiliki oleh kaum perempuan tidak boleh pupus sebelum sebelum berbunga.

Gerakan itu telah dilakukan oleh K.H Ahmad Dahlan bersama para sahabatnya serta istrinya Nyai Siti Walidah, salah satunya melalui kesempatan pendidikan serta akses bagi para perempuan Kauman, Yogyakarta untuk berkiprah di ruang publik.

Tugas kader saat ini, ungkap Rohimi adalah menjaga konsistensi gerakan. Sebab perkembangan zaman yang harus dilewati sebagai sebuah proses menapakkan langkah nyata dalam pemajuan.

‘Aisyiyah sebagai gerakan dakwah membangun peradaban di tengah keragaman sosial masyarakat diharapkan membawa masyarakat lebih baik, damai, penuh kebaikan, toleran, kebersamaan, keunggulan, dan nilai-nilai luhur kehidupan.

Lebih lanjut, Rohimi yakin sebagai organisasi perempuan terbesar di dunia, Aisyiyah memiliki kemampuan adaptasi sehingga dapat berperan dalam semua ruang dengan, kontribusi nyata dan konsisten bagi perempuan dan anak.

Memotret ‘Aisyiyah pada masa mendatang Rohimi memandang perlu penguatan dan pengembangan dalam menciptakan Amal Usaha Aisyiyah (AUA). Organisasi perempuan ini telah membuktikan kemampuan dalam mengelola potensi.

“Kemandirian ‘Aisyiyah dalam aspek pendidikan, ekonomi dan kesejahteraan sosial terlihat semakin jelas,” imbuhnya.

Hal ini menjadi proses bergerak secara dinamis mencapai tujuan ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah sebagai organisasi yang memiliki pandangan maju. Sejalan dengan Muhammadiyah, kader ‘Aisyiyah tidak boleh malah berpandangan mundur. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini