Dia lalu menjelaskan beberapa cara agar masjid Muhammadiyah tidak terpapar paham Salafi.
Pertama, masjid Muhammadiyah harus dijadikan pusat kegiatan ibadah, keagamaan, pendidikan, sosial, pengaderan, pelatihan, kesehatan, pembinaan dan pemberdayaan jamaah.
Kedua, masjid Muhammadiyah harus dikelola secara profesional, sistematis, organisatoris, berkemajuan dan berkeunggulan.
“Sehingga tidak asal jalan,” cetus Kiai Sholihin.
Ketiga, masjid Muhammadiyah harus memberi manfaat bagi masyarakat di sekitarnya, sehingga akan menjadi bagian penting bagi pengembangan masjid tersebut.
Keempat, masjid Muhammadiyah mampu bekerja sama dengan masjid-masjid yang lain, pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat.
“Sehingga mereka merasa dijadikan bagian terpenting bagi kegiatan-kegiatan masjid,” tegas Kiai Sholihin.
Kelima, masjid Muhammadiyah harus memiliki karakter khusus seperti peduli lingkungan, menyediakan imam yang mumpuni, muazin yang bagus.
Keenam, memperbanyak kegiatan-kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan dengan menampilkan anak-anak muda, sehingga mereka mau aktif di masjid.
“Dan yang terakhir, mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik minat anak-anak muda dan jamaah lainnya, seperti tadabbur alam, studi banding dan kegiatan sosial lainnya,” papar Sholihin.
Dia menambahkan, majelis tabligh memiliki tanggung jawab besar dalam penyebaran paham Muhammadiyah dan pembinaan keagamaan yang holistik ke pada semua sasaran dakwah.
“Basisnya tentu pada spirit tajdid (purifikasi dan dinamisasi), washatiyah, inovatif, kolaboratif, adaptif serta berwawasan digital,” pungkas Kiai Sholihin. (wh)