*) Oleh: Dr. Nurbani Yusuf
Saya berani katakan demikian karena itu realitas yang tak terbantah. 109 tahun bukan kurun yang pendek untuk bukan hanya tetap survive, tapi juga terus tumbuh mengembang.
Carl Whyterington, peneliti senior Amerika, menyebut bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang diberkati.
Sebab itu, tak salah jika banyak yang baper melihat aset Muhammadiyah terus tumbuh hingga ratusan triliun.
***
Muhammadiyah tak hanya menyoal tentang seberapa tinggi celana di atas maka kaki atau sibuk tentang cara membikin istri rela di madu, atau seberapa keras tahdzir ‘dihadiahkan’ buat sesama mukmin yang berbeda pendapat,
Perguruan Tinggi Muhammadiyah hadir memberi solusi ketika Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahal. Pun dengan ratusan amal usaha lain yang semisal.
Muhammadiyah menganjurkan warganya belajar Al-Qur’an atau sunah untuk diamalkan, bukan dijadikan bahan untuk mencela atau men-tahdzir yang tidak se-manhaj.
Warga Muhammadiyah merelakan rumahnya tanahnya dan harta lainnya di wakafkan untuk Muhammadiyah sebagai bukti iman.
***
Saya katakan sekali lagi: puritanisme etik yang diperankan Muhammadiyah bukan puritan ofensif yang menyerang, mengambil alih, merebut tempat ibadah, mencela yasinan, tahlilan, manakiban karena dianggap tidak sehaluan, yang takbir keras dengan menutup restoran, depot atau bar di bulan Ramadan dengan pentungan atas nama nahi mungkar atau lainnya.
Bukan pula yang suka men-tahdzir karena berbeda pendapat, tapi puritan produktif yang santun, ramah, tetap menjaga adab dan solutif.
Kesantunan Muhammadiyah sudahlah teruji. Purifikasi atau pemurnian yang dilakukan tetap menjaga adab, teguh memegang prinsip kembali kepada Al-Qur’an dan sunah, tapi tetap santun dan adaptif dalam aplikasi,
Bukan dengan revolusi apalagi ofensif menyerang status quo, tapi mengedepankan uswah atau keteladanan.
Muhammadiyah adalah contoh baik, meski kerap menjadi antitesis terhadap kemapanan atau status quo.
Muhammadiyah bukan hanya sekadar beda, tapi memberi solusi yang efeisien lagi efektif. Muhammadiyah terbuka terhadap pluralitas dan adaptif terhadap perubahan dan bukan sekadar kata.