UM Surabaya

***

Muhammadiyah berpendapat bahwa merayakan Natal atau ikutan memperingati perayaan agama lain bagi umat Islam hukumnya haram, tapi tidak harus menjaga gereja, sebab warga Muhammadiyah tak ada yang mengganggu ritual agama lain,

Muhammadiyah melakukan purifikasi dengan jargon kembali kepada Al-Qur’an dan sunah, memberantas bid’ah, tahayul atau churafat, tapi tidak dilakukan dengan cara merebut musala, atau masjid atau mengganti imam salat atau menyerobot menjadi khatib di masjid yang bukan haknya.

Muhammadiyah berpendapat bahwa perdukunan atau ramalan nasib dan semacamnya atau lainnya adalah salah satu bentuk kemusyrikan, tapi tidak dilakukan dengan cara mengusir dukun atau sweeping mengusir pergi,

***

Bagi Muhammadiyah, membangun masjid, musala adalah jihad melawan bid’ah, mendirikan klinik hingga rumah sakit bertaraf internasional adalah jihad melawan perdukunan, membangun sekolah dari PAUD hingga perguruan tinggi terbaik di dunia adalah jihad melawan kebodohan dan jumud pikir.

Panti asuhan, MDMC LAZISMU adalah jihad menolong Kesengsaraan Oemoem, inilah nahi mungkar dan jihad yang dipahami Muhammadiyah secara kolektif hingga akar rumput,

Diksi-diksi teologis (kalam Allah) dijadikan sandaran etik:

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.”

***

Tidak dinafikan, Kyai Ahmad Dahlan merupakan sosok yang berpikiran maju, terbuka dan toleran. Hal tersebut membuat Dokter Soetomo, seorang elite priyayi Jawa dan salah seorang pemimpin Budi Utomo kepincut dengan Muhammadiyah dan bersedia menjadi advisor Hooft Bestuur Muhammadiyah masa itu. Beliau juga sering berdialog pemuka agama Kristen.

Di antaranya ada;ah Pastur van Lith, Pastur van Driesse dan Domine Bekker. Keterbukaan beliau memang luar biasa, namun perlu dicatat secara adil sikap tegas KH. Ahmad Dahlan dalam beraqidah.

Pada 1969, tokoh Muhammadiyah Kyai Ahmad Azhar Basyir, MA menyampaikan kuliah tentang Muhammadiyah di Akademi Kateketik Katolik Yogyakarta. Secara tulus tanpa mencela Kyai Azhar Basyir menyampaikan ucapan terima kasih, bahkan merasa mendapat kehormatan dengan undangan dari Institusi Katolik tersebut.

Ketika itu, Kyai Azhar Basyir menyampaikan ceramah dengan judul: “Mengapa Muhammadiyah berjuang menegakkan tauhid yang murni?” Kata Sang Kyai, “Karena Muhammadiyah yakin benar-benar, dan ini adalah keyakinan seluruh umat Islam, bahwa tauhid yang murni adalah ajaran Allah sendiri.”

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini