UM Surabaya

Dalam gerakannya, Salafi juga kerap bergandengan dengan Wahabi, yang kemudian keduanya mengambil prioritas gerakan berbeda. Salafi prioritas pada pemurnian di bidang fiqh mu’amalah. Sementara Wahabi pada pemurnian akidah-tauhid. Keduanya berjalan bareng beriringan saling menggenapi.

Karakter dasar Salafi ini tidak berbentuk (OTB), tidak membuat organisasi. Jadi tidak ada pengurusnya. Karena tidak berorganisasi, Salafi bisa hidup dan ikut di organisasi mana pun tanpa terikat keanggotaan, yang kemudian lazim disebut dengan infiltrasi.

Salafi akan mengubah cara berpikir orang NU, Muhammadiyah, al Irsyad, DDI atau apa pun organisasi yang ditinggali menjadi salafisme-wahabisme.

***

Di Indonesia, Salafi mulai masuk sejak tahun 1980-an, secara resmi dengan dibukanya LIPIA, sebuah lembaga yang di danai kerajaan Saudi untuk ekspor ideologi salafisme -wahabisme di negara-negara Islam.

Kontributor utamanya adalah berdirinya lembaga LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Bahasa Arab) yang merupakan cabang dari Universitas Imam Muhammad ibn Saud Riyad di Indonesia.

LIPIA pertama kali dipimpin oleh Syeikh Abdul Aziz Abdullah al-Ammar, murid tokoh utama Salafi, Syeikh Abdullah bin Baz.

Pada awalnya LIPIA bertujuan untuk membendung pengaruh Syiah dan rumpun Tarbiyah, sebab itu dakwah Salafi juga agitasi propaganda membendung perkembangan Syiah di negara-negara Islam.

***

Realitasnya, salafisme-wahabisme berdiaspora dengan situasi dan kondisi umat Islam masa kini. Salafisme wahabisme juga sangat bergantung dengan dinamika kebijakan politik luar negeri kerajaan Saudi.

Sampai tahap ini kita memahami bahwa: Salaf, Manhaj Salaf dan Salafi adalah tiga hal yang sangat berbeda, meski ketiganya memiliki kesinambungan dalam hal perspektif atau cara pandang dalam beragama.

Wallahu ta’ala a’lm. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini