*) Oleh: Sigit Subiantoro,
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri
Allah Ta’ala berfirman:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS Al Hajj: 37)
Kurban dilakukan untuk meraih takwa. Yang ingin dicapai dari ibadah kurban adalah keikhlasan dan ketakwaan, bukan hanya daging atau darahnya
Kata Syaikh As Sa’di mengenai ayat di atas, “Ingatlah, bukanlah yang dimaksudkan hanyalah menyembelih saja dan yang Allah harap bukanlah daging dan darah kurban tersebut, karena Allah tidaklah butuh pada segala sesuatu dan Dialah yang pantas diagung-agungkan.
Yang Allah harapkan dari kurban tersebut adalah keikhlasan, ihtisab (selalu mengharap-harap pahala dari-Nya) dan niat yang saleh. Oleh karena itu, Allah katakan (yang artinya),
“Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapai rida-Nya”.
Inilah yang seharusnya menjadi motivasi ketika seseorang berkurban yaitu ikhlas, bukan riya’ atau berbangga dengan harta yang dimiliki, dan bukan pula menjalankannya karena sudah jadi rutinitas tahunan.
Inilah yang mesti ada dalam ibadah lainnya. Jangan sampai amalan kita hanya nampak kulit saja yang tak terlihat isinya atau tampak jasad yang tak ada ruhnya.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 539)
Barakallahu fiikum. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News