Kisah Suparman, Tukang Bekam yang Akhirnya Pergi ke Tanah Suci
Suparman. foto: ist
UM Surabaya

Suparman pantas bersyukur dan tersenyum lega. Pasalnya, impiannya pergi ke Tanah Suci akhirnya bisa menjadi kenyataan.

Pria yang tinggal di Tembok Sayuran Gang 3/8, Bubutan, Surabaya ini, menjadi calon jemaah haji Kloter 102.

Ihwal keberangkatan Suparman itu bisa dibilang rezeki yang tak disangka-sangka. Ceritanya, ada seorang pengusaha ekspedisi di kawasan Perak, Surabaya. Namanya Wagino.

Wagino bisa dibilang pengusaha sukses. Pundi-pundi kekayaannya terus bertambah seiring makin meningkatnya omzet usaha.

Suatu ketika, Wagino diajak istrinya untuk menunaikan ibadah haji. Namun dia mengelak lantaran belum bisa membaca Al-Qur’an.

Singkat cerita, istri Wagino memutuskan berangkat haji bersama anaknya, sementara Wagino hanya mengantarkan mereka sampai Asrama Haji Sukolilo.

Sepulang dar ibadah haji, sang istri menceritakan betapa nikmatnya menjalankan rukun Islam kelima itu.

Betapa dia merasakan pengalaman spiritual yang mendalam dan berkesan. Benar-benar mengubah hidup dan pandangan seseorang tentang kehidupan dan agama.

Sang istri lalu mendorong Wagino untuk segera naik haji. Apalagi yang ditunggu, karena biaya berangkat ke Tanah Suci sudah ada.

Wagino tak bisa berucap selain mengiyakan permintaan istrinya. Namun dia mengajukan syarat. Apa itu? “Saya harus bisa Al-Qur’an dulu, Saya harus diajari dulu,” ucapnya.

Mendengar ucapan Wagino, sang istri mengaku sangat bersyukur. Karena setidaknya Wagino sudah mengapungkan niat. Menggantungkan harapan kepada Allah SWT.

Lalu, siapa yang menjadi guru ngajinya? Suatu hari, Wagino minta dipanggilkan tukang bekam. Wagino lantas dikenalkan dengan Suparman, tukang bekam yang jadi langganan temannya.

Dalam pembicaraan santai saat terapi bekam, Wagino menyatakan keinginan mencari guru ngaji. Ini karena dia ingin berangkat haji.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini