Selanjutnya imam Al-Qurtubi menjelaskan lafal لَنْ يَنَالَ(sekali-kali tidak akan dapat mencapai) tidak ada kaitannya dengan Allah SWT, tetapi ungkapan atau lafal tersebut sebagai sebuah ungkapan majaz (pengalihan makna dasar dari suatu lafadz atau susunan kata ke makna lainnya) dari penerimaan, maknanya adalah darah dan daging unta itu sekali-kali tidak akan sampai, bahkan Ibn Abbas dengan istilah yang lebih tegas “lay yash’ada bihi ‘ilaih” (daging dan darah kurban tidak akan naik/diangkat kepada Allah). Tetapi ketakwaan kalianlah yang sampai kepada-Nya. (Al-Qurtubi (Vol.VII; 47).
Al-Quran lebih menegaskan lagi, melalui kisah dua putra nabi Adam As. Yang telah diabadikan oleh Allah SWT di akhir surat: Al-Maidah (5): 27 sebagai berikut:
قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Ia (Qabil) berkata, “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.”
Huruf إِنَّمَا adalah termasuk huruf hasr/qosr yang berfaidah sebagai pembatas, yakni sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertaqwa, dengan arti lain tidak diterima qurbanmu itu disebabkan tidak adanya ketakwaanmu. (Imam As-Shaukani,Vol.II;44).
Sementara Al-Qurtubi menambahkan bahwa ayat sebelumnya ada yang mahduf (dibuang) sebab Qobil ketika berkata kepadanya لَأَقْتُلَنَّكَ (aku pasti membunuhmu) Habil berkata, “Mengapa engkau akan membunuhku, sementara aku tidak melakukan kesalahan apapun? Aku juga tidak berdosa bila Allah menerima kurbanku. Adapun (karena) aku bertakwa kepada Allah dan menetapi kebenaran, sesungguhnya Allah itu hanya akan menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa. (Al-Qurtubi (Vol.IV; 76).
Mentadzabburi ayat, redaksi ayat tersebut menggunakan lafal “ Muttaqin” maksudnya hanya orang-orang yang mempunyai prfdikat takwa, pertanyaannya, mengapa bukan “Al-mukminin” hanya orang-orang yang beriman”, tetapi menggunakan lafal muttaqin karena manusia yang mempunyai predikat muttaqin sajalah yang akan diterima ibadah kurbanya, belum cukup jika hanya predikat mukminin, demikian Wahbah Az-Zuhaili menuturkan dalam tafsirnya.(Wahbah Az-Zuhaili-Vol.VI; 509).
Senada sebagaimana yang dituturkan M. Quraish Shihab dalam tafsirnya dengan bahasa yang indah sebagaimana ia tuturkan, “Sesungguhnya Allah hanya menerima dengan penerimaan yang agung dan sempurna kurban dari para muttaqin yaitu orang-orang yang telah mencapai kesempurnaan dalam ketakwaan.” (M. Quraish Shihab Vol. III; 72). (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News