*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Di antara Ibadah yang agung adalah muhasabah an-nafs. Yaitu seorang hamba senantiasa menghisab jiwa, mengintrospeksi, mengoreksi, dan mengevaluasi dirinya tentang apa yang telah dia perbuat dalam keseharian sebagai persiapan untuk hari esok di akhirat.
Karena kita menyadari bahwa dunia yang kita tinggali ini hanya bersifat sementara, kita pasti akan wafat, kemudian mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita di akhirat.
Kita harus menyadari bahwa saat ini, kita hidup di suatu zaman yang sangat memungkinkan kita berbuat maksiat setiap harinya. Ketika kita membuka media sosial, semacam facebook, instagram, X (twiter), atau menonton youtube, sadar atau tidak sadar kita telah mengumbar pandangan.
Keseharian kita mungkin dipenuhi dengan ghibah dan namimah, membicarakan dan mengorek aib si fulan dan si fulan.
Oleh karena itu, di zaman ini kita sangat butuh muhasabah an-nafs. Caranya, kita berusaha menyisihkan waktu untuk menghisab dan mengevaluasi diri kita.
Karena kalau tidak, kita akan lepas kontrol dan semakin jauh terperosok ke dalam kubangan maksiat. Lalu tanpa sadar, tiba-tiba kita dipanggil oleh Allah Ta’ala. Ini yang hendaknya selalu kita khawatirkan atas diri kita sendiri.
Dalil pokok dalam hal ini adalah firman Allah Ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga.Penghuni- penghuni surga, itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 18-20)
Muhasabah an-nafs juga bisa dilakukan sebelum melakukan suatu amal atau perbuatan. Misalnya, ketika kita ingin posting sesuatu di media sosial, kita muhasabah jiwa kita, apakah ada manfaatnya?
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengevaluasi diri kita setiap harinya. Apakah hari ini kita menyempatkan untuk berzikir pagi- petang?
Atau, apakah hari ini kita shalat lima waktu berjamaah di masjid? Atau, pada waktu antara azan dan iqamah, apakah kita manfaatkan untuk berdoa kepada Allah, atau kita hanya ngobrol dengan orang lain?
Demikianlah seterusnya untuk perkara-perkara yang lainnya.
Insya Allah bermanfaat. Menulis nasihat untuk diri sendiri. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News