*) Oleh: Angga Adi Prasetya, S.Pd,
Sekretaris Bidang Dakwah PDPM Malang dan guru SD Muhammadiyah 1 Malang
Dalam kemerosotan akhlak yang sering kita jumpai dan temui di lingkungan masyarakat, sejatinya masjid dapat menjadi tempat yang tepat bagi anak-anak untuk belajar tentang agama dan memperbaiki akhlak.
Tapi sering kita temukan ternyata banyak dari masjid ini tidak ramah terhadap anak-anak bahkan sering kita jumpai kekerasan tanpa disadari yaitu secara verbal sehingga anak-anak enggan ke masjid.
Oleh karena itu, perlu untuk menciptakan masjid yang ramah terhadap anak-anak. Salah satu cara untuk menciptakan masjid yang ramah terhadap anak-anak, adalah dengan meneladani akhlak Nabi Muhammad saw.
Kita mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW sangat menyayangi anak-anak. Bahkan lebih dari itu, Rasulullah memberikan contoh dan suri teladan dalam mewujudkan masjid yang ramah anak.
Praktik yang dicontohkan Nabi ini, bisa menjadi kunci maupun guidance, bagi kita semua, terutama pengurus masjid [DKM], guna mewujudkan masjid ramah anak.
Cara pertama, dalam masjid Rasulullah senantiasa menyayangi anak-anak. Bagaimana beliau mengizinkan anak-anak bermain di masjid. Suatu hari, Rasulullah SAW melihat anak-anak sedang bermain riang di masjid. Beliau tidak marah atau melarang mereka, tetapi justru membiarkan mereka bermain. Bahkan, beliau juga ikut bermain bersama mereka. (HR. Bukhari dan Muslim).
Bahkan dalam riwayat lain, beliau menggendong anak-anak saat shalat di masjid. Rasuluallah bahkan sering bermain dengan anak-anak dan menggendong mereka, terutama cucu tercinta Hasan, Husen, dan Umamah.
Pun, Nabi juga sering mencium dan memeluk anak-anak kecil. Rasa sayang Nabi SAW kepada anak-anak tidak hanya terbatas pada anak-anak beliau sendiri, tetapi juga kepada anak-anak umatnya.
Dalam sebuah riwayat yang sahih menceritakan bahwa Rasulullah pernah membawa cucunya ke masjid untuk shalat. Saat shalat, Rasulullah saw pernah memperpanjang sujudnya.
Pertanyaan, kenapa sampai memanjangkan sujudnya? ternyata, cucunya tercinta dari Ali dan Fatimah R.A, Hasan atau Husain, bermain menaiki punggung kakeknya.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ شَدَّادٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي إِحْدَى صَلَاتَيْ الْعِشَاءِ, وَهُوَ حَامِلٌ حَسَنًا أَوْ حُسَيْنًا, فَتَقَدَّمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَهُ, ثُمَّ كَبَّرَ لِلصَّلَاةِ فَصَلَّى, فَسَجَدَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ صَلَاتِهِ سَجْدَةً أَطَالَهَا. قَالَ أَبِي فَرَفَعْتُ رَأْسِي, وَإِذَا الصَّبِيُّ عَلَى ظَهْرِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ سَاجِدٌ, فَرَجَعْتُ إِلَى سُجُودِي, فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةَ قَالَ النَّاسُ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّكَ سَجَدْتَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ صَلَاتِكَ سَجْدَةً أَطَلْتَهَا, حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ قَدْ حَدَثَ أَمْرٌ, أَوْ أَنَّهُ يُوحَى إِلَيْكَ. قَالَ كُلُّ ذَلِكَ لَمْ يَكُنْ, وَلَكِنَّ ابْنِي ارْتَحَلَنِي, فَكَرِهْتُ أَنْ أُعَجِّلَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ [رواه النسائي و أحمد].
“Dari Abdullah bin Syaddad dari ayahnya, ia berkata: Rasulullah SAW keluar kepada kami pada salah satu shalat Isya, dan beliau sedang menggendong Hasan atau Husain. Rasulullah SAW maju dan meletakkannya, kemudian bertakbir untuk shalat dan shalat. Beliau sujud di antara dua rakaat shalatnya dengan sujud yang lama. Ayahku berkata: “Aku mengangkat kepalaku, dan ternyata anak itu berada di punggung Rasulullah SAW saat beliau sujud, maka aku kembali ke sujudku.” Ketika Rasulullah SAW telah menyelesaikan shalat, orang-orang berkata: “Wahai Rasulullah, engkau sujud di antara dua rakaat shalatmu dengan sujud yang lama, sehingga kami mengira bahwa ada sesuatu yang terjadi, atau bahwa engkau sedang menerima wahyu. “Rasulullah SAW bersabda: “bukan karena semua itu, tetapi cucuku (Hasan atau Husain) menjadikanku sebagai kendaraan, maka aku tidak mau membuatnya terburu-buru, (aku biarkan) hingga ia selesai dari bermainnya.”