UM Surabaya

Tetapi setelah jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, maka berlepas dirilah ia dari perbuatan bapaknya.

Demikian itu karena pada asal mulanya ada sebagian kaum mukmin yang mendoakan bagi bapak-bapak mereka yang telah mati dalam kemusyrikannya.

Dalam doanya itu mereka memohonkan ampunan bagi bapak-bapak mereka, dengan alasan bahwa Nabi Ibrahim pun pernah memohonkan ampunan bagi bapaknya. Maka Allah (Subhanahu wa Ta’ala) menurunkan firman-Nya:

{مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ إِلا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ}

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (At-Taubah: 113-114)

Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

{قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ}

“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya ketika mereka berkata kepada kaum mereka, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu.” (Al-Mumtahanah: 4)

Sampai dengan firman-Nya:

{إِلا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ لأسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ}

“Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya, “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah.” (Al-Mumtahanah: 4)

Yakni, dalam hal ini, tiada suri teladan bagi kamu, yaitu memohonkan ampunan bagi orang-orang musyrik. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Muqatil ibnu Hayyan, dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang perkataan Ibrahim dan orang-orang yang bersama dia saat mereka memisahkan diri dari kaumnya dan berlepas diri dari mereka, lalu mereka berlindung kepada Allah dan memohon kepada-Nya dengan penuh rendah diri. Sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:

{رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ}

“Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.” (Al-Mumtahanah: 4)

Yakni Kami bertawakal kepada Engkau dalam semua urusan kami, dan kami serahkan kepada Engkau semua urusan kami dan kami berserah diri kepada Engkau dalam semua urusan kami.

{وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ}

“dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.” (Al-Mumtahanah: 4)

Maksudnya, dikembalikan kelak di negeri akhirat.

{رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا}

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir.” (Al-Mumtahanah: 5)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini