Melawat Tiga Masjid Bersejarah di Jepang
Dekan Fisipol UMY Takdir Ali Mukti bersama ketua Yayasan Masjid Istiqlal Osaka Jepang. foto: fajar jun

Memarkir sepeda di trotoar akan mengganggu pengguna jalan, demikian ingatan yang diberikan oleh takmir kepada jamaah. Pengumuman lain yang disampaikan adalah permohonan partisipasi jamaah untuk mendukung proses pembangunan masjid di kota Chiba.

Serupa dengan banyak masjid di Indonesia, makan siang disediakan secara gratis oleh takmir masjid kepada jamaah salat Jumat. Setelah menunaikan salat Jumat, kami berbincang dengan ketua Yayasan Masjid Indonesia Osaka, Herizal Adhardi.

“Pada saat Idulfitri, salat Idulfitri dilakukan bergantian sampai enam kali. Ini dilakukan agar para jamaah bisa menunaikan salat semuanya,” ujarnya, Jumat (31/5/2024).

Herizal Adhardi mengisahkan jika dulunya bangunan yang digunakan sebagai masjid merupakan toko sepatu. Setelah dibeli oleh Yayasan Masjid Indonesia Osaka, kemudian direnovasi menjadi Masjid Istiqlal Osaka.

Beragam kesulitan selama proses pembangunan Masjid Istiqlal Osaka, khususnya soal pendanaan yang menelan anggaran sekira dua puluh delapan milyar rupiah miliar berhasil diatasi.

Berlokasi di 1-2-10 Nakabiraki Nishinari Ward, Kota Osaka, masjid ini mudah diakses dari stasiun kereta api. Meskipun dikelola diaspora Indonesia, jamaah masjid berasal dari berbagai negara.

Yang menarik adalah pengumuman yang disampaikan sebelum salat dalam dalam empat bahasa, yaitu Indonesia, Arab, Jepang, dan Inggris.

Selain digunakan untuk salat, Masjid Istiqlal Osaka ini juga difungsikan sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan pengajian dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) dengan jumlah santri aktif sebanyak delapan puluh orang orang.

Melawat ketiga masjid di Jepang, adalah bagian merawat ingatan tentang sejarah, dan meluaskan silaturahmi. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini