Cara Jitu Menyikapi Ujian Dunia
foto: iqraonline

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Permasalahan memang tidak bisa kita hindari di dunia ini, karena Allah menciptakan dunia sebagai tempat ujian bagi manusia. Bahkan para nabi, manusia terbaik pun tidak luput darinya.

Memang, kehidupan tidak mudah bagi siapa pun, baik yang muda maupun yang tua. Kita mungkin merasakan bahagia pada suatu waktu, kemudian merasakan sedih setelahnya, tetapi inilah kehidupan di dunia.

Lalu bagaimana sikap kita sebagai muslim dalam menghadapi ujian?

Ujian merupakan hal yang Allah berikan kepada umat-Nya untuk menaikkan derajat mereka apabila mereka bersabar. Apa yang Allah Ta’ala berikan kepada kaum Muslim itu baik bagi kita.

Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, 2999)

Tidak ada yang tidak merasakan duka karena cobaan yang terjadi. Tetapi ketika kesedihan dan kesepian terus menerus ada dan mencegah kita untuk menjalani kehidupan normal, maka pada titik tersebut kesedihan berubah menjadi suatu penyakit yang perlu kita sembuhkan.

Tidak ada obat yang lebih baik daripada bersabar dan takut kepada Allah, serta berpikir positif atau husnuzan kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, Tuhan yang menciptakan bumi ini. Taruhlah rasa percaya kepada Allah, mintalah bantuan kepada Allah.

Ujian terkadang menjadi indikasi bahwa hubungan kita dengan Allah yang kurang baik. Semakin percayanya kita dengan Allah, maka semakin nyaman dan tenang hati kita. Begitu pula sebaiknya. Perasaan stres maupun sedih bisa timbul karena dosa yang kita lakukan.

Allah ‘azza wa jalla berfirman:

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha:124)

Maka dari itu, perbaikilah hubungan kita dengan Allah. Semakin dekatnya hamba dengan Allah Sang Pencipta, maka semakin tenang hatinya.

Hendaknya kita menghadap kepada Allah dengan ikhlas serta memperbanyak doa agar dihindarkan dari perasaan waswas dari setan, karena setan membisiki manusia untuk membuat kebingungan dan ketakutan.

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam mengajarkan kita doa untuk melindungi diri dari kecemasan.

“Wahai Allah ! Sesungguhnya saya adalah hamba-Mu, dan anak lelaki dari hamba-Mu yang lelaki dan anak lelaki dari hamba-Mu yang perempuan, nasib saya di tangan-Mu, hukum-Mu berlaku pada saya, ketetapan-Mu adil pada saya. Saya memohon kepada-Mu dengan semua nama-Mu, yang Engkau telah menamai diri-Mu dengannya atau yang telah Engkau turunkan di dalam Kitab-Mu, atau yang telah Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu atau yang telah Engkau sembunyikan di dalam ilmu gaib milik-Mu. Jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hati saya, cahaya dada saya dan penghilang kesedihan saya dan pelenyap rasa resah saya.”

Apabila kondisi semakin memburuk yang dapat mengindikasikan ke level depresi, maka selain cara-cara di atas, kita dapat menemui bantuan profesional seperti psikolog maupun psikiater.

Berkonsultasi dengan pihak profesional dapat membantu kita dalam mengenal permasalahan dasar dan mengatasinya sedikit demi sedikit.

Perlu diingat, bukan suatu aib bagi kita untuk meminta tolong orang lain. Meminta tolong ke psikolog maupun psikiater merupakan salah satu usaha kita untuk menjadi mukmin yang lebih kuat.

Karena sesungguhnya Allah mencintai mukmin yang kuat, sebagaimana hadis yang dibawakan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, di mana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza Wa Jalla daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, ‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu’, tetapi katakanlah, ‘Ini telah ditakdirkan Allah, dan Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki’, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan.” (HR. Muslim 2664)

Selain itu, hendaknya kita jangan menyendiri karena itu dapat memunculkan pemikiran-pemikiran negatif yang dapat membahayakan diri.

Carilah kegiatan-kegiatan positif yang baru serta ubahlah kebiasaan. Berkumpullah dengan orang-orang saleh, hadiri majelis-majelis ilmu walaupun terasa berat.

Insya Allah bermanfaat. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini