Kelima, mubaligh Muhammadiyah harus memiliki kompetensi digital. Di era digital seperti saat ini mubaligh Muhammadiyah harus melek digital. Harus mampu menggunakan produk-produk teknologi digital sebagai media dakwah terutama menghadapi generasi milenial yang kehidupannya tidak bisa lepas dari teknologi digitalisasi.
Penggunaan media digital sangat penting dan masif harus dilakukan oleh mubaligh Muhammadiyah terutama untuk menyasar generasi milenial tersebut. Penggunaan media sosial dalam dakwah sudah sangat mendesak untuk dilakukan.
Bahkan keberadaannya bisa menghilangkan eksistensi dakwah Muhammadiyah di tengah-tengah masyarakat jika kita tidak mampu tampil di era digital. Umumnya, generasi milenial tidak mau belajar Islam dengan cara-cara lama.
Mereka menginginkan belajar Islam dengan mudah, murah, dan meriah dan tidak mau bertele-tele dan melelahkan. Gaya dakwah yang diminati oleh generasi milenial adalah gaya bebas dan tidak mau terikat dengan ikatan organisasi.
Gaya penyampaian yang ringan namun segar dan dapat diterima secara logika. Oleh karena itu sekarang banyak muncul mubaligh-mubaligh muda yang gaya berdakwahnya sangat milenialistik.
Seperti berceramah dengan menggunakan kaos, ceramah pakai topi, ceramah pakai baju lengan pendek, berceramah di mal-mal dan café sambal ngopi dan belanja. Justru dengan gaya-gaya milenialistik seperti ini sangat diminati oleh anak-anak muda zaman now.
Keenam, mubaligh Muhammadiyah harus memiliki kompetensi secara manajerial. Mubaligh Muhammadiyah harus memiliki kompetensi manajerial sehingga akan tampil di tengah-tengah masyarakat dengan percaya diri dan elegan.
Sebagai seorang mubaligh Muhammadiyah harus mampu sebagai penggerak kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan. Sehingga keberadaannya sangat dinantikan oleh masyarakat secara umum.
Mubaligh Muhammadiyah juga harus mampu mengelola organisasi dengan baik juga harus mampu melakukan kolaborasi dengan berbagai lapisan masyarakat.
Tantangan Dakwah Muhammadiyah
Sebagai seorang mubaligh Muhammadiyah kita juga harus memahami kondisi sosial kemasyarakatan dan sosial keagamaan. Sehingga dalam berdakwah kita akan dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya.
Ibarat seperti seorang dokter, kita harus mengetahui penyakit seorang pasien yang akan kita obati. Demikian juga mubaligh Muhammadiyah harus mengetahui kondisi masyarakat secara menyeluruh baik kehidupan individu, masyarakat, berbangsa dan bernegara.