UM Surabaya

Kisah

Dikisahkan dalam Anisul mukminin Safwak Sa’dallah Al Muktar, bahwa Imam Abu Hanifah melemahkan ilmuwan yang sombong dengan mengambil iktibar (pelajaran) dari semut yang didengar oleh Nabi Sulaiman sebagai berikut:

Pada suatu hari seorang iimuwan memasuki suatu negeri. Lalu ia berkata kepada penduduk negeri itu, “Aku siap menjawab pertanyaan kalian yang tersulit sekalipun.”

Kebetulan di antara penduduk yang tengah berkumpul itu hadir Al Imam Abu Hanifah Ra. Dia berkata kepada ilmuwan itu, ”Aku akan bertanya kepadamu satu pertanyaan saja.” Sang ilmuwan menjawab, “Apa itu, silakan.”

Maka Abu Hanifah bertanya, “Semut yang berbicara tentang Nabi Sulaiman, apakah semut jantan atau semut betina?”

Ilmuwan itu terdiam, tidak bisa menjawab. Katanya, “Allahu a’lam.”

Abu Hanifah Ra menjelaskan. “Ia adalah seekor semut betina.”

Sang ilmuwan mengernyitkan kening, tidak puas dengan jawaban Abu Hanifah. Maka dia bertanya, “Mana buktinya?”

Abu Hanifah menjelaskan lebih tanjut, “Bukankah Al-Qur’an telah menyatakan: “Wa qalat namlatun”, dengan menggunakan “ta ut ta’nits.”

Kemudian Abu Hanifah berkata lagi, “Sebenarnya aku mengajukan pertanyaan kepadamu bukannya untuk mengujimu, akan tetapi aku ingin mengingatkanmu agar jangan congkak dengan ilmu yang kau miliki!”

Mutiara Hikmah

Terkadang ada orang yang mengarungi samudera merasa penjelajah yang belum ada duanya, ternyata ada orang lain yang menjelajah angkasa bahkan sampai menginjakkan kaki ke bulan.

Catatan 

1. Dari semut yang notabenenya sebagai makhluk kecil ini, banyak nasihat yang amat berharga, bagaimana hewan yang sekecil ini mampu memberikan perhatian pada golongannya agar mereka semua selamat dari bahaya.

2. Dari semut yang merupakan makhluk kecil yang lemah ini ada pelajaran yang sangat berharga untuk melemahkan kesombongan seseorang yang takabur dengan ilmunya.

3. Manusia harus mengambil pelajaran bahwa ketika menjadi besar, dengan keilmuan tinggi, kekayaan melimpah, menjadi penguasa yang di segani, maka tidak menepuk dada, tidak menjadi congkak sampai merendahkan orang lain yang dipandang tak berharga.

Tetaplah tawadhu (rendah hati), bersahaja kepada siapa pun, maka inilah kemuliaan itu, kemuliaan sebagai manusia. Sebagaimana Nabi Sulaiman semakin bersyukur dengan mukjizat serta kebesarannya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini